BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Di negara ini terdapat
peningkatan di dalam obesitas anak karena kita tidak mendidik anak-anak kita
mengenai keuntungan dari kebugaran dan kesehatan.
Dengan
semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit
hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis,
nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak .
Akibatnya penyakit jantung tidak lagi menjadi monopoli orang dewasa, tetapi
juga sudah menyerang anak-anak.
Sejalan dengan itu, pengetahuan dan kebiasaan makan yang buruk pun semakin memperparah masalah kesehatan yang mengancam kesejahteraan masyarakat. Dengan pola gizi yang berlebihan, para ‘pemalas gerak’ itu akan menimbun lemak dalam tubuhnya secara berlebihan. Mereka menghadapkan diri mereka sendiri pada resiko penyakit degenaratif (menurunnya fungsi organ) yang semakin besar.
Kita
tidak bisa terus mengabaikan manfaat dari pendidikan kebugaran dan nutrisi pada
usia dini. Masa depan negara kita bergantung pada anak-anak kita. Hal yang
benar adalah kita harus melakukan semua yang bisa kita lakukan untuk memastikan
bahwa mereka mendapatkan program kebugaran dan kesehatan yang paling baik serta
motivasi yang bisa kita berikan kepada mereka
Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apakah
pengertian dan tujuan Pendidikan Jasmani itu ?
2. Seberapa
pentingnya Pendidikan Jasmani, Kebugaran dan Kesehatan bagi anak ?
3. Bagaimana
peran Penjaskes dalam Upaya Peningkatan Kebugaran dan Kesehatan anak ?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
dan Tujuan Pendidikan Jasmani
a.
Definisi
Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah
proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak
sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya
sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada
kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh
luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi,
penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan
lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya.
Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan
perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada
bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan
dengan perkembangan total manusia.
Per
definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan
kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan
jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam
kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut
terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang
lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada
perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung
maupun secara tidak langsung.
Karena
hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas
pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya
menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat
istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih
abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Salah satu
definisi pendidikan jasmani yang patut dikemukakan adalah definisi yang
dilontarkan pada Lokakarya Nasional tentang Pembangunan olahraga pada tahun
1981 (Abdul Gafur, 1983:8-9) yang dikembangkan oleh penulis (Cholik Mutohir,
1992) sebagai berikut:
Pendidikan jasmani
adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota
masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan
jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani,
kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian
yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas
berdasarkan Pancasila.
Secara eksplisit
istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga. Dalam arti sempit
olahraga diidentikkan sebagai gerak badan. Olahraga ditilik dari asal katanya
dari bahasa jawa olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti
badan. Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha
untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan
jasmaniah maupun rokhaniah pada setiap manusia. Definisi lain yang dilontarkan
pada Lokakarya Nasional Pembangunan Olahraga (Abdul Gafur, 1983:8-9) secara
eksplisit berbeda dengan pendidikan jasmani. Definisi tersebut dikembangkan
penulis (Cholik Mutohir, 1992) sebagai berikut:
Olahraga
adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat
mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah
seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan,
perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh
rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan
individu secara organik, neuromoskuler, perseptual, kognitif, sosial dan
emosional.
b.
Tujuan
Pendidikan Jasmani
Hanya saja
barangkali bisa dikatakan kurang lengkap, sebab yang paling penting dari
kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh.
Secara
sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
·
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan
sosial.
·
Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan
untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya
dalam aneka aktivitas jasmani.
·
Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran
jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan
terkendali.
·
Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui
partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
·
Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang
dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi
secara efektif dalam hubungan antar orang.
·
Menikmati kesenangan dan keriangan melalui
aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.
Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif.
Pengembangan domain psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, pertama mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani, dan kedua, mencapai perkembangan aspek perseptual motorik. Ini menegaskan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri.
2.
Pentingnya
Pendidikan Jasmani, Kebugaran dan Kesehatan bagi anak.
·
Pentingnya
Pendidikan Jasmani
Beban
belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak.
Kebutuhan mereka akan gerak tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan waktu dan
kesempatan. Lingkungan sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk
dijelajahi. Penyelenggara pendidikan di sekolah yang lebih mengutamakan
prestasi akademis, memberikan anak tugas-tugas belajar yang menumpuk.
Kehidupan sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah dan lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah keadaannya juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini, malah mengungkung anak-anak dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asyik dengan kesenangannya seperti menonton TV atau bermain video game. Tidak mengherankan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak-anak semakin menurun.
Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak . Akibatnya penyakit jantung tidak lagi menjadi monopoli orang dewasa, tetapi juga sudah menyerang anak-anak.
Kehidupan sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah dan lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah keadaannya juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini, malah mengungkung anak-anak dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asyik dengan kesenangannya seperti menonton TV atau bermain video game. Tidak mengherankan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak-anak semakin menurun.
Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak . Akibatnya penyakit jantung tidak lagi menjadi monopoli orang dewasa, tetapi juga sudah menyerang anak-anak.
Sejalan
dengan itu, pengetahuan dan kebiasaan makan yang buruk pun semakin memperparah
masalah kesehatan yang mengancam kesejahteraan masyarakat. Dengan pola gizi
yang berlebihan, para ‘pemalas gerak’ itu akan menimbun lemak dalam tubuhnya
secara berlebihan. Mereka menghadapkan diri mereka sendiri pada resiko penyakit
degenaratif (menurunnya fungsi organ) yang semakin besar.
Pendidikan
Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap
penting. Melalui program yang direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan
dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap
menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya
dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak.
Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk
bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang perkembangan
yang bersifat menyeluruh.
Secara
umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak.
Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan
sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil
bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi
kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besar kemaslahatannya
bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri.
2.Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya.
Pendidikan jasmani adalah waktu untuk ‘berbuat’. Anak-anak akan lebih memilih untuk ‘berbuat’ sesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.
Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadiannya kelak.
3.Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna.
Peranan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar cukup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balig atau remaja disebut pola pertumbuhan lambat. Pola ini merupakan kebalikan dari pola pertumbuhan cepat yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia 5 tahunan. Dalam hal ini berlaku dalil:
“... ketika memasuki masa pertumbuhan cepat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan baru berjalan lambat. Sebaliknya, dalam masa pertumbuhan yang lambat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan meningkat.”
Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedang tiba pada masa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya.
4. Menyalurkan energi yang berlebihan.
Anak adalah mahluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menganggu keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energinya secara optimum.
5. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.
· Pentingnya Kebugaran Jasmanai
Kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain
psikomotorik, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ tubuh.
Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal
tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran
darah, sistem pernapasan, sistem metabolisme, dll.)
Dalam
pengertian yang lebih resmi, sering dibedakan konsep kebugaran jasmani ini
dengan konsep kebugaran motorik. Keduanya dibedakan dalam hal: kebugaran
jasmani menunjuk pada aspek kualitas tubuh dan organ-organnya, seperti kekuatan
(otot), daya tahan (jantung-paru), kelentukan (otot dan persendian); sedangkan
kebugaran motorik menekankan aspek penampilan yang melibatkan kualitas gerak
sendiri seperti kecepatan, kelincahan, koordinasi, power, keseimbangan, dll.
Namun dalam naskah ini, penulis akan menggunakan konsep kebugaran jasmani
tersebut untuk menunjuk pada keseluruhan aspek di atas.
3.
Peran
Penjaskes dalam upaya Peningkatan Kebugaran dan Kesehatan Anak.
Dengan
olah raga rutin ternyata selain membuat tubuh semakin bugar juga akan
meningkatkan kemampuan akademik bagi anak-anak kita. Halini didasarkan pada
hasil penelitian Universitas West Virginia, Morgantown, Amerika Serikat (AS)
dalam Healthday. Mereka berpendapat bahwa pada umumnya, semakin bugar anak maka
semakin tinggi pencapaian hasil ujiannya. Survey ini dilakukan pada hampir
1.200 anak, mengukur program fitnes mereka di kelas lima dan kelas tujuh.
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa indikator kebugaran seperti waktu yang
diperlukan untuk berlari sejauh satu mil kemudian menghitung rata-ratanya
apakah termasuk dalam wilayah bugar atau tidak. Dalam setiap ujian di beberapa
mata pelajaran, seorang anak yang menjalankan latihan kebugaran di kelas lima
secara rutin dan kemudian mempertahankannya sampai kelas tujuh menunjukkan
nilai rata-ratanya tertinggi dibanding yang tanpa latihan kebugaran atau yang
latihan kebugaran tapi tidak rutin.
Gambarannya adalah sebagai berikut siswa/i kelas lima yang tanpa latihan kebugaran sampai kelas tujuh mendapatkan nilai rata-rata yang rendah dalam pelajaran membaca, yaitu 2,91 dari skala lima. Sedangkan siswa/i yang mengikuti latihan kebugaran di kelas lima tetapi tidak rutin mengalami peningkatan akademis yang relatif rendah dengan rata-rata 3,03. Akhirnya siswa/i yang melakukan latihan kebugaran rutin dari kelas lima sampai kelas tujuh mendapatkan nilai terbaik dengan rata-rata 3,31.
Penelitian ini lebih menekankan pada latihan kebugaran yang berkelanjutan dan bukan ukuran berat badan. Karena ada beberapa kasus menunjukkan walaupun aktivitas seorang anak sudah cukuptinggi tetapi masih belum signifikan untuk menurunkan berat badannya. Dalam hal ini berat badan disebabkan oleh gen bawaan sejak lahir.
Gambarannya adalah sebagai berikut siswa/i kelas lima yang tanpa latihan kebugaran sampai kelas tujuh mendapatkan nilai rata-rata yang rendah dalam pelajaran membaca, yaitu 2,91 dari skala lima. Sedangkan siswa/i yang mengikuti latihan kebugaran di kelas lima tetapi tidak rutin mengalami peningkatan akademis yang relatif rendah dengan rata-rata 3,03. Akhirnya siswa/i yang melakukan latihan kebugaran rutin dari kelas lima sampai kelas tujuh mendapatkan nilai terbaik dengan rata-rata 3,31.
Penelitian ini lebih menekankan pada latihan kebugaran yang berkelanjutan dan bukan ukuran berat badan. Karena ada beberapa kasus menunjukkan walaupun aktivitas seorang anak sudah cukuptinggi tetapi masih belum signifikan untuk menurunkan berat badannya. Dalam hal ini berat badan disebabkan oleh gen bawaan sejak lahir.
Hal ini bisa dijelaskan dengan mudah, yaitu seseorang yang mempunyai aktifitas fisik yang rutin meningkatkan aliran oksigen keotaknya, sehingga kinerja otak menjadi semaikin meningkat. Asupan oksigen yang merupakan energi bagi otak menjadi tak terbatas. Selain itu Aktifitas tubuh yang teratur akan menghasilkan perasaan yang bagus, kadar gula yang sehat, dan meningkatkan fokus serta perhatian. Sehingga disini yang harus diperhatikan oleh sekolah dan orangtua yaitu pentingnya aktifitas fisik.
Oleh karena itu aktivitas fisik yang rutin akan sangat bermanfaat bagi tingkat prestasi akademik anak-anak kita.membiasakan olah raga sejak dini akan memudahkan para orang tua untuk menciptakan generasi yang sehat dan cerdas.
Kebugaran
dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang terencana,
teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta
dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan
berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti
jantung dan paru-paru. Sistem peredaran darah dan pernapasan akan bertambah
baik dan efisien, didukung oleh sistem kerja penunjang lainnya. Dengan
bertambah baiknya sistem kerja tubuh akibat latihan, kemampuan tubuh akan
meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan dan kelentukannya. Demikian juga dengan
beberapa kemampuan motorik seperti kecepatan, kelincahan dan koordinasi.
Pendidikan
jasmani juga dapat membentuk gaya hidup yang sehat. Dengan kesadarannya anak
akan mampu menentukan sikap bahwa kegiatan fisik merupakan kebutuhan pokok
dalam hidupnya, dan akan tetap dilakukan di sepanjang hayat. Sikap itulah yang
kemudian akan membawa anak pada kualitas hidup yang sehat, sejahtera lahir dan
batin, yang disebut dengan istilah wellness.
Konsep
sehat dan sejahtera secara menyeluruh berbeda dengan pengertian sehat secara
fisik. Anak-anak dididik untuk meraih gaya hidup sehat secara total serta
kebiasan hidup yang sehat, baik dalam arti pemahaman maupun prakteknya.
Kebiasaan hidup sehat tersebut bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga
mencakup juga kesejahteraan mental, moral, dan spiritual. Tanda-tandanya adalah
anak lebih tahan dalam menghadapi tekanan dan cobaan hidup, berjiwa optimis,
merasa aman, nyaman, dan tenteram dalam kehidupan sehari-hari.
Arah Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dalam
upaya Peningkatan Kebugaran dan Kesehatan Anak.
Setelah
mengetahui ruang lingkup dari pendidikan jasmani, selanjutnya guru harus mampu
melihat dan menetapkan arah serta sasaran yang akan dikembangkan untuk
meningkatkan Kebugaran dan Kesehatan anak. Pedoman umum tentang arah dan
sasaran ini diuraikan secara garis besar dalam bentuk lima tujuan perubahan
yang harus terjadi pada anak didik. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Murid menjadi sadar akan potensi geraknya.
Pembelajaran
dalam pendidikan jasmani harus mampu membangkitkan minat anak untuk menggali
potensinya dalam hal gerak. Karena itu anak harus diberi dorongan untuk terus
menerus menjelajahi kemampuan-kemampuannya. Tugas ini tidak mudah dan hasilnya
tidak segera. Dari pertemuan ke pertemuan, mungkin guru hanya akan melihat
kemajuan yang lambat, tersendat-sendat, serta seolah berjalan di tempat.
Memang itulah yang harus disadari oleh semua guru penjas. Tidak ada kemajuan dalam hal belajar gerak yang bersifat kejutan. Semua kemajuan mengikuti pola yang teratur. Jangan mengharapkan keajaiban. Harus sabar dan bersikap optimis bahwa murid kita akan mencapai kemajuan. Bila tiba waktunya, jangan kaget jika tiba-tiba guru sadar anak-anak sudah bertambah tinggi dan besar serta semakin terampil gerakannya. Itulah upah dari kesabaran guru dalam mendidik anak. Disitulah guru akan merasakan betapa mulianya tugas guru penjas.
Memang itulah yang harus disadari oleh semua guru penjas. Tidak ada kemajuan dalam hal belajar gerak yang bersifat kejutan. Semua kemajuan mengikuti pola yang teratur. Jangan mengharapkan keajaiban. Harus sabar dan bersikap optimis bahwa murid kita akan mencapai kemajuan. Bila tiba waktunya, jangan kaget jika tiba-tiba guru sadar anak-anak sudah bertambah tinggi dan besar serta semakin terampil gerakannya. Itulah upah dari kesabaran guru dalam mendidik anak. Disitulah guru akan merasakan betapa mulianya tugas guru penjas.
Di
pihak lain, sebagai guru kita harus maklum bahwa setiap murid memiliki
kekhasannya masing-masing. Ada yang masuk ke kelas dengan bekal seperangkat
pengalaman yang memadai dan ada pula yang tidak membawa bekal sama sekali.
Artinya, ada anak yang kelihatan mudah dalam mempelajari gerak-gerak tertentu,
sementara yang lainnya menemui kesulitan. Ada anak yang gigih ingin bisa, ada
juga anak yang mudah menyerah. Perbedaan individual dalam hal kematangan dan
pengalaman masa lalunya, menyebabkan kita sulit untuk menyeragamkan kecepatan
kemajuan anak-anak dalam hal belajar gerak.
2. Murid dapat bergerak dan tampil baik secara meyakinkan
Ketika
murid terlibat dalam proses pembelajaran, mereka harus merasakan adanya
‘perasaan mampu’, lancar, dan tidak tersendat-sendat. Perasaan demikian hadir
dari adanya rasa aman selama mereka mulai belajar hingga menguasai suatu
ketersampilan. Rasa aman tadi, tentu tidak timbul sendiri, tetapi merupakan
kondisi yang selalu diciptakan oleh guru. Bagaimana rasa aman bisa timbul dalam
pembelajaran penjas?
Rasa aman akan timbul dari situasi belajar yang menyenangkan
dan jauh dari keadaan yang menekan dan menegangkan. Keadaan demikian bisa
timbul dari tindak tanduk guru yang memang santun, tidak memalukan murid, serta
usahanya yang sungguh-sungguh untuk menciptakan lingkungan yang aman. Dalam hal
ini, bukan berarti bahwa guru tidak boleh tegas. Guru harus tegas tapi “hangat”
dalam pendekatannya, terutama dalam menerapkan peraturan-peraturan yang
mendukung terciptanya lingkungan yang aman tadi. Lingkungan pembelajaran yang
aman akan mendukung kesungguhan dan kemauan anak untuk mempelajari keterampilan
hingga taraf penguasaan tertinggi. Anak akan merasa bersemangat untuk terus
berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok, sehingga anak merasa yakin
untuk menguasai keterampilan yang bisa diandalkan.
Penguasaan yang baik pada keterampilan tertentu akan menumbuhkan
hormat diri dan kepercayaan diri anak. Ini timbul dari rasa nyaman ketika
menyadari dirinya memiliki kemampuan, serta timbul dari pengakuan guru dan
teman-temannya. Karena itu penekanan pada timbulnya ‘perasaan sukses’ ini harus
diupayakan oleh guru dengan cara menetapkan tingkat kesulitan tugas yang sesuai
bagi setiap anak.
Untuk menciptakan suasana belajar seperti itu guru perlu
membedakan tahapan pembelajaran yang akan dilalui anak. Pada tahap awal, guru
harus membantu anak; agar mampu memusatkan diri pada proses, bukan pada hasil.
Sedangkan pada tahap selanjutnya, guru harus siap untuk meningkatkan taraf
kesulitan keterampilan yang sedang dipelajari, sehingga tingkat kemampuan
(kompetensi) dan kepercayaan diri anak turut meningkat pula. Penyajian bahan
pelajaran secara bertahap sangat dianjurkan.
3. Murid mengerti dan mampu menerapkan konsep-konsep gerak
yang mendasar
Keterampilan dalam berbagai cabang olahraga memiliki
struktur tersendiri, lengkap dengan konsep dan prinsip yang mendasarinya. Memahami
konsep-konsep itu merupakan syarat untuk menguasai keterampilan yang
dipelajari. Semakin terkuasai konsepnya, semakin mudah suatu keterampilan
dikuasai.
Pelajaran pendidikan jasmani adalah salah satu tempat untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman anak terhadap berbagai konsep dasar
keterampilan gerak. Kemampuan pemahaman ini akan menjadi bekal yang sangat
berguna bagi siswa untuk menjadi ‘pembelajar’ dalam banyak cabang olahraga
ketika mereka menjadi dewasa kelak. Bahkan kemampuan ini dapat ditransfer untuk
memahami bidang lain.
Untuk mendukung tujuan tersebut pelajaran pendidikan jasmani
harus mampu memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami konsep dasar dari
berbagai keterampilan yang dipelajarinya.
Metode dan pendekatan yang digunakan oleh guru juga amat
menentukan. Penelitian dalam bidang pedagogi olahraga (sport pedagogy) tentang
pendekatan induktif, metode pemecahan masalah dan diskoveri terbukti efektif
untuk meningkatkan kemampuan anak dalam pengembangan pengetahuan dan penalaran.
Pengantar dan dialog yang bersifat terbuka, terbukti dapat memicu keinginan
anak untuk turut menyumbang saran dan pendapat yang berguna dalam melatih
keberanian anak angkat bicara. Karena itu, guru penjas perlu membiasakan murid
dengan acara dialog. Guru hendaknya melatih anak untuk mau bertanya dan bicara
mengemukakan pendapatnya, serta jawaban guru harus mencerminkan bahwa
pertanyaan tersebut dianggap berharga. Coba Anda bayangkan bagaimana perasaan
murid ketika ia bertanya guru malah memperlihatkan muka galak dan menjawab :
“Makanya kalau guru ngomong dengarkan. Telinganya dipasang baik-baik, supaya
tidak masuk telinga kanan, keluar telinga kiri…..!”
Memang anak tidak selamanya mendengarkan dengan baik. Itu
perlu diingatkan. Tetapi cara mengingatkan anak supaya menjadi pendengar yang
baik dan menghargai orang yang bicara, bukan dengan pendekatan keras seperti di
atas. Bukan saja anak merasa sakit hati dan rendah diri dengan jawaban guru
tadi, tapi juga membuat anak-anak yang lainnya tidak berani mengajukan pertanyaan.
4. Murid menjadi orang yang serba bisa dalam gerak
Guru tentu harus melihat bahwa murid bisa mempelajari apa
saja yang diperlukannya dalam hal keterampilan gerak. Adalah tindakan tidak
bertanggung jawab jika seorang guru cenderung membatasi keterampilan yang harus
dikuasai oleh murid-muridnya. Jangan mentang-mentang guru hanya menyukai
sepakbola lalu hanya mengajar sepakbola sepanjang tahun. Ini jelas akan
merugikan anak. Guru penjas harus mampu melihat keterampilan dasar serta pola
gerak dominan yang mendasari suatu cabang olahraga atau suatu permainan.
Keterampilan dasar serta pola gerak dominan itulah yang seharusnya ditekankan
oleh guru untuk dipelajari oleh anak secara memadai. Alokasikan waktu yang
cukup bagi anak untuk mempelajari berbagai keterampilan gerak dasar sehingga
membangun suatu dasar yang kuat dan luas bagi peningkatan keterampilan
berikutnya.
Memperkaya khasanah gerak anak dalam setiap pembelajaran
penjas merupakan tugas prioritas bagi guru penjas, agar kelak anak mempunyai
dasar keterampilan yang lengkap untuk memperdalam olahraga apapun. Kalau
dasarnya baik, anak akan menjadi orang yang serba bisa dalam bidang olahraga.
5. Murid menghargai olahraga yang menyehatkan
Dalam pembelajaran pendidikan jasmanilah murid harus belajar
menyadari hubungan antara kegiatan yang teratur dengan timbulnya perasaan
nyaman dan sehat. Dengan kegiatan tersebut murid harus menyadari bahwa dirinya
lebih tahan terhadap serangan penyakit dan pengaruh stress. Dengan kesadaran
tersebut diharapkan murid selanjutnya akan menghargai kegiatan olahraga sebagai
sesuatu yang bermanfaat dan akan memilih mengisi waktu-waktu luangnya di luar
sekolah dengan kegiatan yang aktif. Karena itu proses yang ditawarkan guru
penjas lewat programnya harus menyebabkan anak mencintai kegiatan pendidikan
jasmani dan olahraga, serta memberikan dasar yang baik bagi kegiatan yang sama
di jenjang pendidikan berikutnya dan di masa dewasanya. Hal ini memang tidak
mudah, tapi harus diupayakan secara sengaja oleh guru penjas.
BAB
IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Arti
Pendidikan Jasmani :Pendidikan jasmani terdiri dari kata pendidikan dan
jasmani, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan sesorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (KBBI, 1989),
jasmani adalah tubuh atau badan (fisik). Namun yang dimaksud jasmani di sini
bukan hanya badan saja tetapi keseluruhan (manusia seutuhnya), karena antara
jasmani dan rohani tidak dapat dipisah-pisahkan. Jasmani dan rohanai merupakan
satu kesatuan yang utuh yang selalu berhubungan dan selalu saling
berpengaruah.Pengertian Pendidikan JasmaniPendidikan Jasamani adalah suatu
proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan maupun angota masyarakat yang
dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam
rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan
kecerdasan dan pembentukan watak.
Kebugaran
jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian ( adaptasi
) terhadap pembebasan fiisk yang diberikan kepadanya ( dari kerja yang
dilakukan sehari-hari ) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Tidak
menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang melakukan
suatu kegiatan / aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan tenaga untuk
menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan lainnya yang
mendadak.
Dengan olah raga rutin
ternyata selain membuat tubuh semakin bugar juga akan meningkatkan kemampuan
akademik bagi anak-anak kita. Halini didasarkan pada hasil penelitian
Universitas West Virginia, Morgantown, Amerika Serikat (AS) dalam Healthday.
Mereka berpendapat bahwa pada umumnya, semakin bugar anak maka semakin tinggi
pencapaian hasil ujiannya. Survey ini dilakukan pada hampir 1.200 anak,
mengukur program fitnes mereka di kelas lima dan kelas tujuh.
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa indikator kebugaran seperti waktu yang
diperlukan untuk berlari sejauh satu mil kemudian menghitung rata-ratanya
apakah termasuk dalam wilayah bugar atau tidak. Dalam setiap ujian di beberapa
mata pelajaran, seorang anak yang menjalankan latihan kebugaran di kelas lima
secara rutin dan kemudian mempertahankannya sampai kelas tujuh menunjukkan
nilai rata-ratanya tertinggi dibanding yang tanpa latihan kebugaran atau yang
latihan kebugaran tapi tidak rutin.
DAFTAR
PUSTAKA
http://wiltunon.com/exchange-jurnal-kurikulumpendidikan-guru-upsi/
wow artikelnya seperti pembuatan makalah saja tapi mantap isi artikelnya karna menambah wawasan yang luas
BalasHapus