Jerome Rosner (1993) melihat bahwa hal-hal yang paling
umum, yang secara langsung berkaitan dengan masalah kesulitan khususnya dalam
ketunacakapan belajar murid di tingkat sekolah dasar ialah keterlambatan dalam
perkembangan ketermpilan perseptual dan kecakapan berbahasa.
Selanjutnya, kephart
(1967) mengelompokkan penyebab ketuna cakapan belajar kedalam katagori utama
yaitu :
a.
Kerusakan
Otak
Kerusakan otak berarti terjadinya kerusakan syaraf
seperti dalam satu kasus encephalitis, meningitis, toksik. Kondisi seperti ini
dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang diperlukan untuk prosis belajar
pada anak remaja. Pada anak yang mengalami minimal brain dysfunction pada saat
lahir akan menjadi masalah besar pada saat anak mengalami proses belajar.
b.
Faktor
Gangguan Emosional
Gangguan emosional terjadi karena adanya trauma
emosional yang berkepanjangan sehingga menggangu hubungan fungsional sistem
urat syaraf
c.
Faktor
“Pengalaman”
Faktor pengalaman mencakup faktor-faktor seperti
kesenjangan perkembangan dengan kemiskinan pengalaman lingkungannya. Kondisi
seperti ini biasanya dialami oleh anak yang terbatas memperoleh rangsangan
lingkungan yang layak atau tidak memperoleh kesempatan menangani peralatan atau
mainan tertentu, kesempatan seperti ini dapat mempermudah anak dalam
mengembangkan keterampilan manipulatif dalam penggunaan alat tulis seperti
pensil atau bollpoint.
Biasanya kemiskinan pengalaman ini berkaitan erat
dengan konisi sosial ekonomi orang tua, sehingga seringkali juga berkaitan erat
dengan masalah kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat menggamggu perkembangan
dan keberfungsian otak.
Teknik
Membantu Anak Tuna Cakap Belajar dan Pencegahannya
Cartwright (1984),
mengemukakan secara rinci tentang cara mengajar murid yang mengalami tuna cakap
belajar adalah sebagai berikut :
a. Bagi
murid yang memiliki masalah pendengaran dan penglihatan
1.
Guru duduk seperti murid di depan kelas
2.
Membeikan tugas kelompok dengan dibantu
oleh temannya untuk memberikan penjelasan tentang petunjuk bagi semua tugas
yang diberikan
3.
Guru memberikan petunjuk secara tertulis
dan lisan untuk semua tugas yang diberikan
b. Bagi
murid yang memiliki masalah pendengaran
1.
Menggunakan alat-alat visual, seperti :
peta, slide, gambar-gambardan garfik pada saat proses pembelajaran
2.
merangkum materi pokok dari setiap mata
pelajaran di akhir proses pembelajaran.
3.
Memberikan rancangan tertulis bagi
setiap pokok bahasan pelajaran
4.
Membantu murid untuk mengingat pelajaran
dengan teknik mnemonic (teknik untuk memperkuat daya ingat terhadap pelajaran
yang telah diberikan.)
5.
Menggunakan tape recorder pada saat guru
sedang mengajar (menjelaskan)
c. Bagi
murid yang mengalami masalah visual (penglihatan) dan motorik (gerak)
1.
Menggunakan bahan-bahan bacaan yang
sesuai dengan tingkat kelas murid.
2.
Memberikan kesempatan kepada murid untuk
merekam penjelasan guru, diskusi, dan petunjuk, dari pada harus mencatatnya.
3.
Memberikan tugas-tugas secara tertullis
yang sederhanan
4.
Mencoba meberikan tes lisan
5.
Memberikan tes tulisan yang beragam,
seperti menjodohkan, pilihan ganda, salah benar, dan isian singkat.
6.
Mamberikan tugas-tugas yang bervariasi
dengan melalui model, diagram, tape recorder, slide dan penyajian secara
terurut.
7.
Memberikan rancangan tertulis tentang
tugas membaca secara singkat
Cara
menilai (Megevaluasi) Murid Tuan Cakap Belajar
Cartwrint (1984)
mengemukakan pula secara rinci tentang cara menilai murid tuna cakap belajar
sebagai berikut :
a.
Menyusun ilustrasi dari setiap pokok
basasan yang diteskan
b.
Mempersiapkan glosari atau kata-kata
khusus dan definisi dari setiap konsep yang diajarkan
c.
Membuat kartun atau gambar yang
menjelaskan tentang gagasan dari setiap pokok bahasan/sub pokok bahasan
d.
Membuat rangkaian gambar yang
berhubungan dengan gagasan yang beragam dalam setiap sub pokok bahasan
e.
Membuat majalah dinding
f.
Menulis atau merekam berita mengenai
suatu hal yang berkaitan dengan pelajaran
g.
Mewawancarai seseorang yang memahami
topic-topik pelajaran
h.
Mampelajari informasi baru dari jurnal,
yang sesuai dengan materi pelajaran
i.
Mempersiapkan proposal penelitian
j.
Mempersiapkan slide, filmstrip, atau
penyajian bideotape bagi kelompok
Ada dua dasar layanan
bimbingan yang dapat dikembangakan secara terpadu dengan proses pembelajaran
dalam upaya membantu tuna cakap belajar Jerome Rosner (1993) menggolongkan pola
tersebut dalam layanan Remediasi, Konpensasai dan Prevensi.
a. Layanan
remediasi terfokus kepada upaya menyembuhkan, mengurangi atau jika mungkin
menghilangkan kesulitan . layanan ini dipersiapkan untuk mengatasi kekurangan
dalam keterampilan perseptual dan berbahasa sehingga remediasi ini mengubah dan
memperbaiki keterampilan murid sehingga dia dapat belajar dan kondisi normal
dan tidak perlu menyiapkan kondisi sekolah khusus.
b. Layanan
konpensasi yaitu mangaembangkan komisi pembelajaran khusus luar kondisi yang
normal atau baku yang memungkinkan murid memperoleh kemajuan yang memuaskan
dalam keadaan kekurang terampilan perceptual dan bahasa. Layanan yang bersifat
kompensasi ini hendaknya memperhatikan patokan atau rambu-rambu berikut :
1.
Fahami dan pastikan bahwa murid memiliki
pengetahuan faktual yang diperlukan dalam mempelajari bahan ajaran
2.
Batasi jumlah informasi baru kepada
hal-hal yang tercantum pada bahan atau unit ajaran dan sampaikan sedikit demi
sedikit
3.
Sajikan informasi secara jelas tenteng
apa yang harus murid pelajari
4.
Nyatakan secara eksplisit bahwa
informasi yang diajarkan berkaitan dengan informasi yang telah dimiliki murid
5.
jika murid sudah mampu menguasai
unit-unit kecil perkenalkan dia kepada unit-unit yang lebih besar
6.
Siapkan pengalaman ulang untuk
memperkuat informasi baru dalam ingatan murid
Selanjutnya Jerome Rosner (1993), mengemukakakn
petunjuk pengambilan keputusan dalam melakukan treatment sebagai berikut:
Pertama, mengidentifikasi kasus utama tentang
ketunacakapan belajar yang secara signifikan mengganggu perkembangan kemempuan
pokok belajara murid. Yang termasuk dalam kemampuan pokok belajar murid yaitu:
1.
Keterampilan-keterampilan perseptual,
yang dapat diidentifikasi melalui system “coding” bentuk bacaan, tulisan,
ejaan, dan hitungan
2.
Bahasa, yang berkaitan dengan upaya
murid dalam memperoleh informasi.
Kedua, mengidentifikasi dan menilai kemampuan pokok
belajar murid baik dalam hal keterampilan perceptual maupun bahasa
Ketiga, memberikan remedisi terhadap
kelemahan-kelemahan melalui proses pembelajaran.
Tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam mengambil
keputusan (faktor-faktor prognosik) untuk melakukan treatment, yaitu :
1.
Kasus yang mungkin terjadi baik menyangkut
aspek kelemahan bahasa atau keterampilan perseptual
2.
Usia murid dan kelemahan dalamprestasi
belajarnya di sekolah
3.
Tersedianya sumber-sumber emosi, fisik,
waktu, dan energi yang diperlukan dalam program remedial.
c. Prevensi
Langkah pertama dalam prevensi adalah
mengidentifikasi murid sebelum dia mengalami kesulitan atau ketunacakapan
belajar di sekolah.
Langkah ini dilaksanakan melalui tes atau
pemeriksaan terhadap aspek-aspek pribadi murid yaitu sebagai berikut :
1.
Kesehatan, Mengetahui kesehatan murid
perlu keterangan dari dokter ahli anak (pediatrician) yang menjelaskan tentang
kondisi kesehatan murid.
2.
Perkembangan, Perkembangan murid perlu
dipahami itu menyengkut aspek-aspek sosial, bahasa, motor dan tingkah laku
adaptif.
3.
Penglihatan dan Pendengaran, Untuk
mengetahui kondisi penglihatan dan pendengaran murid dapat diperoleh keterangan
dari dokter ahli telinga (THT)
4.
Keterampilan dan Perseptual, Untuk
mengetahui keterampilan perseptual ini dapat melalui pemeriksaan di samping
dari ahli mata juga melalui tes psikologis tentang keterampilan perceptual,
penglihatan, dan pendengaran.
5.
Usia Pra Sekolah, Banyak anak yang masuk
sekolah sebelum usia lima tahun, mereka perlu dipilih secara hati-hati apakah
akan mengalami resiko atau tidak.
6.
Usia Masuk TK, menurut aturan anak-anak
tidak boleh masuk TK sebelum usia lima tahun. Nyatanya ditemukan anak yang
belum berusia lima tahun sudah menampilkan perkembangan yang baik dalam
perilaku sosial, bahasa, dan penyesuaian dirinya. Namun anak seperti itu
relative masih sangat sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar