Rabu, 17 Oktober 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN KETUNA-CAKAPAN BELAJAR




Jerome Rosner  (1993) melihat bahwa hal-hal yang paling umum, yang secara langsung berkaitan dengan masalah kesulitan khususnya dalam ketunacakapan belajar murid di tingkat sekolah dasar ialah keterlambatan dalam perkembangan ketermpilan perseptual dan kecakapan berbahasa.
Selanjutnya, kephart (1967) mengelompokkan penyebab ketuna cakapan belajar kedalam katagori utama yaitu :
a.      Kerusakan Otak
Kerusakan otak berarti terjadinya kerusakan syaraf seperti dalam satu kasus encephalitis, meningitis, toksik. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang diperlukan untuk prosis belajar pada anak remaja. Pada anak yang mengalami minimal brain dysfunction pada saat lahir akan menjadi masalah besar pada saat anak mengalami proses belajar.

b.      Faktor Gangguan Emosional
Gangguan emosional terjadi karena adanya trauma emosional yang berkepanjangan sehingga menggangu hubungan fungsional sistem urat syaraf

c.       Faktor “Pengalaman”
Faktor pengalaman mencakup faktor-faktor seperti kesenjangan perkembangan dengan kemiskinan pengalaman lingkungannya. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh anak yang terbatas memperoleh rangsangan lingkungan yang layak atau tidak memperoleh kesempatan menangani peralatan atau mainan tertentu, kesempatan seperti ini dapat mempermudah anak dalam mengembangkan keterampilan manipulatif dalam penggunaan alat tulis seperti pensil atau bollpoint.
Biasanya kemiskinan pengalaman ini berkaitan erat dengan konisi sosial ekonomi orang tua, sehingga seringkali juga berkaitan erat dengan masalah kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat menggamggu perkembangan dan keberfungsian otak.


Teknik Membantu Anak Tuna Cakap Belajar dan Pencegahannya
Cartwright (1984), mengemukakan secara rinci tentang cara mengajar murid yang mengalami tuna cakap belajar adalah sebagai berikut :
a.       Bagi murid yang memiliki masalah pendengaran dan penglihatan
1.      Guru duduk seperti murid di depan kelas
2.      Membeikan tugas kelompok dengan dibantu oleh temannya untuk memberikan penjelasan tentang petunjuk bagi semua tugas yang diberikan
3.      Guru memberikan petunjuk secara tertulis dan lisan untuk semua tugas yang diberikan

b.      Bagi murid yang memiliki masalah pendengaran
1.      Menggunakan alat-alat visual, seperti : peta, slide, gambar-gambardan garfik pada saat proses pembelajaran
2.      merangkum materi pokok dari setiap mata pelajaran di akhir proses pembelajaran.
3.      Memberikan rancangan tertulis bagi setiap pokok bahasan pelajaran
4.      Membantu murid untuk mengingat pelajaran dengan teknik mnemonic (teknik untuk memperkuat daya ingat terhadap pelajaran yang telah diberikan.)
5.      Menggunakan tape recorder pada saat guru sedang mengajar (menjelaskan)

c.       Bagi murid yang mengalami masalah visual (penglihatan) dan motorik (gerak)
1.      Menggunakan bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat kelas murid.
2.      Memberikan kesempatan kepada murid untuk merekam penjelasan guru, diskusi, dan petunjuk, dari pada harus mencatatnya.
3.      Memberikan tugas-tugas secara tertullis yang sederhanan
4.      Mencoba meberikan tes lisan
5.      Memberikan tes tulisan yang beragam, seperti menjodohkan, pilihan ganda, salah benar, dan isian singkat.
6.      Mamberikan tugas-tugas yang bervariasi dengan melalui model, diagram, tape recorder, slide dan penyajian secara terurut.
7.      Memberikan rancangan tertulis tentang tugas membaca secara singkat


Cara menilai (Megevaluasi) Murid Tuan Cakap Belajar
Cartwrint (1984) mengemukakan pula secara rinci tentang cara menilai murid tuna cakap belajar sebagai berikut :
a.       Menyusun ilustrasi dari setiap pokok basasan yang diteskan
b.      Mempersiapkan glosari atau kata-kata khusus dan definisi dari setiap konsep yang diajarkan
c.       Membuat kartun atau gambar yang menjelaskan tentang gagasan dari setiap pokok bahasan/sub pokok bahasan
d.      Membuat rangkaian gambar yang berhubungan dengan gagasan yang beragam dalam setiap sub pokok bahasan
e.       Membuat majalah dinding
f.       Menulis atau merekam berita mengenai suatu hal yang berkaitan dengan pelajaran
g.      Mewawancarai seseorang yang memahami topic-topik pelajaran
h.      Mampelajari informasi baru dari jurnal, yang sesuai dengan materi pelajaran
i.        Mempersiapkan proposal penelitian
j.        Mempersiapkan slide, filmstrip, atau penyajian bideotape bagi kelompok

Ada dua dasar layanan bimbingan yang dapat dikembangakan secara terpadu dengan proses pembelajaran dalam upaya membantu tuna cakap belajar Jerome Rosner (1993) menggolongkan pola tersebut dalam layanan Remediasi, Konpensasai dan Prevensi.
a.       Layanan remediasi terfokus kepada upaya menyembuhkan, mengurangi atau jika mungkin menghilangkan kesulitan . layanan ini dipersiapkan untuk mengatasi kekurangan dalam keterampilan perseptual dan berbahasa sehingga remediasi ini mengubah dan memperbaiki keterampilan murid sehingga dia dapat belajar dan kondisi normal dan tidak perlu menyiapkan kondisi sekolah khusus.
b.      Layanan konpensasi yaitu mangaembangkan komisi pembelajaran khusus luar kondisi yang normal atau baku yang memungkinkan murid memperoleh kemajuan yang memuaskan dalam keadaan kekurang terampilan perceptual dan bahasa. Layanan yang bersifat kompensasi ini hendaknya memperhatikan patokan atau rambu-rambu berikut :

1.                 Fahami dan pastikan bahwa murid memiliki pengetahuan faktual yang diperlukan dalam mempelajari bahan ajaran
2.                 Batasi jumlah informasi baru kepada hal-hal yang tercantum pada bahan atau unit ajaran dan sampaikan sedikit demi sedikit
3.                 Sajikan informasi secara jelas tenteng apa yang harus murid pelajari
4.                 Nyatakan secara eksplisit bahwa informasi yang diajarkan berkaitan dengan informasi yang telah dimiliki murid
5.                 jika murid sudah mampu menguasai unit-unit kecil perkenalkan dia kepada unit-unit yang lebih besar
6.                 Siapkan pengalaman ulang untuk memperkuat informasi baru dalam ingatan murid

Selanjutnya Jerome Rosner (1993), mengemukakakn petunjuk pengambilan keputusan dalam melakukan treatment sebagai berikut:
Pertama, mengidentifikasi kasus utama tentang ketunacakapan belajar yang secara signifikan mengganggu perkembangan kemempuan pokok belajara murid. Yang termasuk dalam kemampuan pokok belajar murid yaitu:
1.      Keterampilan-keterampilan perseptual, yang dapat diidentifikasi melalui system “coding” bentuk bacaan, tulisan, ejaan, dan hitungan
2.      Bahasa, yang berkaitan dengan upaya murid dalam memperoleh informasi.
Kedua, mengidentifikasi dan menilai kemampuan pokok belajar murid baik dalam hal keterampilan perceptual maupun bahasa
Ketiga, memberikan remedisi terhadap kelemahan-kelemahan melalui proses pembelajaran.
Tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan (faktor-faktor prognosik) untuk melakukan treatment, yaitu :
1.      Kasus yang mungkin terjadi baik menyangkut aspek kelemahan bahasa atau keterampilan perseptual
2.      Usia murid dan kelemahan dalamprestasi belajarnya di sekolah
3.      Tersedianya sumber-sumber emosi, fisik, waktu, dan energi yang diperlukan dalam program remedial.

c.       Prevensi
Langkah pertama dalam prevensi adalah mengidentifikasi murid sebelum dia mengalami kesulitan atau ketunacakapan belajar di sekolah.
Langkah ini dilaksanakan melalui tes atau pemeriksaan terhadap aspek-aspek pribadi murid yaitu sebagai berikut :
1.      Kesehatan, Mengetahui kesehatan murid perlu keterangan dari dokter ahli anak (pediatrician) yang menjelaskan tentang kondisi kesehatan murid.
2.      Perkembangan, Perkembangan murid perlu dipahami itu menyengkut aspek-aspek sosial, bahasa, motor dan tingkah laku adaptif.
3.      Penglihatan dan Pendengaran, Untuk mengetahui kondisi penglihatan dan pendengaran murid dapat diperoleh keterangan dari dokter ahli telinga (THT)
4.      Keterampilan dan Perseptual, Untuk mengetahui keterampilan perseptual ini dapat melalui pemeriksaan di samping dari ahli mata juga melalui tes psikologis tentang keterampilan perceptual, penglihatan, dan pendengaran.
5.      Usia Pra Sekolah, Banyak anak yang masuk sekolah sebelum usia lima tahun, mereka perlu dipilih secara hati-hati apakah akan mengalami resiko atau tidak.
6.      Usia Masuk TK, menurut aturan anak-anak tidak boleh masuk TK sebelum usia lima tahun. Nyatanya ditemukan anak yang belum berusia lima tahun sudah menampilkan perkembangan yang baik dalam perilaku sosial, bahasa, dan penyesuaian dirinya. Namun anak seperti itu relative masih sangat sedikit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar