Selasa, 20 November 2012

Resume Pemerolehan Bahasa Anak



PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

A.   Hakekat Pemerolehan Bahasa Anak
Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu kemampuan untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan orang lain. Jika  dikaitkan denga hal itu, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal (Tarigan dkk., 1998). Selain pendapat tersebut, Kiparsky dalam Tarigan (1988) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa bersangkutan.
Dengan demikian, proses pemerolehan adalah proses bawah sadar. Penguasaan bahasa tidak disadari dan tidak dipengaruhi oleh pengajaran yang secara eksplisit tentang sistem kaidah yang ada di dalam bahasa kedua. Berbeda dengan proses pembelajaran, adalah proses yang dilakukan secara sengaja atau secara sadar dilakukan oleh pembelajar di dalam menguasai bahasa. Adapun karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan dkk. (1998) adalah:
a. berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban, dan di luar sekolah;
b. pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus;
c. dilakukan tanpa sadar atau secara spontan;
d. dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak.

B.   Teori Pemerolehan Bahasa Anak
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses-proses yang berlaku
di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya
Ada dua pandangan mengenai pemerolehan bahasa (McGraw dalam Krisanjaya, 1998). Pertama pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak atau tiba-tiba. Kebebasan berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika anak-anak menggunakan kata-kata lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pandangan kedua menyatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial dan kemampuan kognitif pralinguistik. Khusus mengenai hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan bahasa anak dapat disimpulkan 2 hal. Pertama, jika seorang anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, penutur bahasa harus memperoleh kategorikategori kognitif yang mendasari berbagai makna ekspresif bahasa alamiah, seperti: waktu, ruang, kausalitas dan sebagainya.
Lenneberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal (1969) mengatakan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada pematangan otak secara biologis. Pematangan otak memungkinkan ide berkembang dan selanjutnya memungkinkan pemerolehan bahasa anak berkembang.

C.   Ragam Pemerolehan Bahasa Anak
Ditinjau dari segi urutan, dikenal ragam:
ü  pemerolehan bahasa pertama
ü  pemerolehan bahasa kedua
1.    Pemerolehan Bahasa Pertama
Pemerolehan bahasa pertama erat kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Apabila seorang anak menggunakan ujaran-ujaran yang bentuknya benar atau gramatikal, belum berarti ia telah menguasai bahasa pertama
Proses belajar bahasa pertama memiliki ciri-ciri:
·         belajar tidak disengaja
·         berlangsung sejak lahir
·         lingkungan keluarga sangat menentukan
·         motivasi ada karena kebutuhan
·         banyak waktu untuk mencoba bahasa
·         banyak kesempatan untuk berkomunikasi.
Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4 strategi, di antaranya:
1)   meniru/imitasi.
Berbagai penelitian menemukan berbagai jenis peniruan atau imitasi, seperti: imitasi spontan, imitasi perolehan, imitasi seger,  imitasi lambat, imitasi perluasan
2)   strategi produktivitas.
Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa melalui sarana komunikasi linguistik dan nonlinguistik (mimik, gerak, isyarat, suara dsb).
3)   Strategi umpan balik, yaitu umpan balik antara strategi produksi ujaran (ucapan) dengan responsi.
4)   Prinsip operasi. Dalam strategi ini anak dikenalkan dengan pedoman, ”Gunakan beberapa prinsip operasi umum untuk memikirkan serta menggunakan bahasa”( hindarkan kekecualian, prinsip khusus: seperti kata: berajar menjadi belajar).

2.    Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu). Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua sebagai bahasa asing.
Pada proses belajar bahasa kedua terdapat ciri-ciri:
1)   belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah
2)   berlangsung setelah pelajar berada di sekolah
3)   lingkungan sekolah sangat menentukan
4)   motivasi pelajar untuk mempelajarinya tidak sekuat mempelajari bahasa pertama. Motivasi itu misalnya ingin memperoleh nilai baik pada waktu ulangan atau ujian.
5)   waktu belajar terbatas
6)   pelajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan bahasa yang dipelajari.
7)   bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua
8)   umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang telah lewat sehingga proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.
9)   disediakan alat bantu belajar
10)     ada orang yang mengorganisasikannya, yakni guru dan sekolah.
Dalam kaitannya dengan proses belajar bahasa kedua perlu diperhatikanbeberapa strategi yang dapat diterapkan. Stern (1983) menjelaskan ada sepuluh strategidalam proses belajar bahasa, yaitu:
1)   strategi perencanaan dan belajar positif
2)   strategi aktif, pendekatan aktif dalam tugas belajar, libatkan siswa Anda secara aktif dalam belajar bahasa bahkan melalui pelajaran yang lain.
3)   strategi empatik, ciptakan empatik pada waktu belajar bahasa.
4)   strategi formal; perlu ditanamkan kepada siswa bahwa proses belajar bahasa ini formal/terstruktur sebab pendidikan yang sedang ditanamkan adalah pendidikan formal bukan alamiah.
5)   strategi eksperimental; tidak ada salahnya jika Anda mencoba-coba sesuatu untuk peningkatan belajar siswa Anda
6)   strategi semantik, yakni menambah kosakata siswa dengan berbagai cara, misalnya permainan (contoh: teka-teki); permainan dapat meningkatkan keberhasilan belajar bahasa.
7)   strategi praktis; pancinglah keinginan siswa untuk mempraktikan apa yang telah didapatkan dalam belajar bahasa, Anda sendiri harus dapat menciptakan situasi yang kondusif di kelas.
8)   strategi komunikasi; tidak hanya di kelas, motivasi siswa untuk menggunakan bahasa dalam kehidupan nyata meskipun tanpa dipantau, berikan pertanyaanpertanyaan atau PR yang memancing mereka bertanya kepada orang lain sehingga strategi ini terpakai.
9)   strategi monitor; siswa dapat saja memonitor sendiri dan mengkritik penggunaan bahasa yang dipakainya, ini demi kemajuan mereka.
10)     strategi internalisasi; perlu pengembangan/pembelajaran bahasa kedua yang telah dipelajari secara terus-menerus/berkesinambungan.



D.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak
Ada dua persyaratan dasar yang memungkinkan anak dapat memperoleh kemampuan berbahasa, yaitu potensi faktor biologis yang dimiliki sang anak, serta dukungan sosial yang diperolehnya. Selain itu, ada beberapa faktor penunjang yang merupakan penjabaran dari kedua hal atas yang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan bahasa yang diperoleh anak. Faktor- faktor yang dimaksud adalah seperti berikut:
1)      Faktor biologis
2)      Faktor lingkungan sosial
3)      Faktor intelegensi
4)      Faktor motivasi
Noam choamsky, tokoh behavioris, berpendapat bahwa semua manusia mempunyai kemampuan bawaan untuk berbahasa. Dari kegiatan berinteraksi dengan lingkungan, sesorang akan mampu belajar bahasa atau membentuk kemampuan berbahasa. Perangkat biologis yang menentukan anak anak dapat memperoleh kemampuan bahasa ada tiga, yaitu otak, alat dengar, dan alat ucap. Dalam proses berbicara, sistem syaraf yang ada di otaklah sebagai pengendali. Semua isyarat tanggapan bahasa yang sudah di proses diotak selanjutnya di kirimkan ke daerah motor seperti alat ucap untuk menghasilkan bahasa secara fisik.

E.    Alasan Anak Belajar Berbahasa
Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis  atau keturunan, teapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. Sehubungan dengan hal itu, maka anak memerlukan orang lain, anak mmerlukan contoh atau model berbahasa, respon dan tanggapan, serta teman untuk berlatih dan beruji coba dalam belajar bahasa dalam konteks yang sesungguhnya. Dengan demikian,lingkungan sosial merupakan salah satu faktor prnting yang menentukan pemerolehan bahasa anak. Selain lingkungan sosial, intelegensi pun berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa anak. Anak yang berintelegensi tinggi tingkat pencapaian bahasanya senderung lebih cepat, lebih banyak, dan lebih variatif, khasanah bahasanya daripada anak- anak yang berintelegensi rendah ( tarigan dkk.,1998).
Pada ilustrasi sebelumnya sudah diuraiakan bahwa semakin besar perhatian sang ibu curahkan kepada si bayi, maka semskin berani pula sang bayi melahirkan ungkapan- ungkapan sebagai respon atas stimulus yang diberikan oleh si ibu kepadanya. Kejadian semacam itu bagi si bayi dirasakan sebagai sesuatu yang menyenagkan atau positif reinforsmen. Setiap dia menyuarakan “ma-ma”, dia akan mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, maka dia akan mengulanginya lagi. Kondisi belajar bahasa semacam itu akan terus mempengaruhi seorang anak hingga ia menjadi tumbuh dewasa. Dorongan yang positif tadi terus mempengaruhinya sehingga timbul keinginan seoranga anak untuk meniru orang dewasa berbahasa. Dengan demikian, sudah jelas bahwa motivasi atau dorongan akan memacu anak untuk belajar dan menguasai bahasanya lebih baik lagi.
Selain pendapat diatas, ellis dkk.(1989) mengemukakan bahwa anak belajar berbicara sesuai dengan kebutuhannya. Sekiranya ia dapat memperoleh apa yang diinginkannya tanpa bersusah payah untuk memintanya, maka ia tidak merasa perlu untuk berusaha belajar berbahasa. Jadi pada mulanya motif nak belajar bahasa ialah agar dapat memenuhi kebutuhannya, keinginanya, dan menguasai lingkungannya sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Dengan demikian, kebutuhan utama anak- anak sehingga belajar berbahasa adalah:
1)      Keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, kemudian mengenai dirinys sendiri dan kawan- kawannya
2)      Beri perintah dan menyatakan kemauan
3)      Pergaulan sosial dengan orang lain
4)      Menyatakan pendapat dan ide- idenya.






DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, dkk. 2005. Universitas Terbuka
Zuchdi, Darmiyanti dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta : PAS Yogyakarta
Faisal, M. 2009. KajianBahasa Indonesia SD. Jakarta :Depdiknas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar