UTS PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Pertanyaan:
1.
Jelaskan perbedaan
model pengembangan kurikulum :
(1) kurikulum berbasis karakter,
(2) kurikulum berbasis pemecahan masalah,
(3) kurikulum berbasis konstektual,dan
(4) kurikulum berbasis KTSP, ditinjau dari (a) teori yang mendasari dan pandangan dasarnya, (b) implementasinya dalam pembelajaran, (c) prosedur pengembangannya,beserta contoh untuk satu pokok bahasan yang sama di kelas tinggi SD
(2) kurikulum berbasis pemecahan masalah,
(3) kurikulum berbasis konstektual,dan
(4) kurikulum berbasis KTSP, ditinjau dari (a) teori yang mendasari dan pandangan dasarnya, (b) implementasinya dalam pembelajaran, (c) prosedur pengembangannya,beserta contoh untuk satu pokok bahasan yang sama di kelas tinggi SD
2.
Desain model pengembangan kurikulum
berdasarkan proses pembelajaran,pada dasarnya dikenal ada empat
jenis,yaitu
(a) subject centered design/desain kurikulum berpusat pada materi,
(b) problem centered design/desain kurikulum berpusat pada masalah,
(c) competency centered design/desain berpusat pada kompetensi,dan
(d) learner centered design/desain berpusat pada siswa.
Jelaskan perbedaan model desain kurikulum tersebut,ditinjau dari : (a) teori yang mendasarinya (b) implementasinya dalam pembelajaran !
(a) subject centered design/desain kurikulum berpusat pada materi,
(b) problem centered design/desain kurikulum berpusat pada masalah,
(c) competency centered design/desain berpusat pada kompetensi,dan
(d) learner centered design/desain berpusat pada siswa.
Jelaskan perbedaan model desain kurikulum tersebut,ditinjau dari : (a) teori yang mendasarinya (b) implementasinya dalam pembelajaran !
Jawaban :
1. Kurikulum berbasis karakter
a.
Teori yang mendasari
dan pandangan dasarnya:
Kurikulum
ini menganut konsep humanistik dimana prioritas kurikulum ini adalah pengalaman
belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan
siswa. Pendekatan ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan unsur
afeksi. Pendidikan ini diarahkan kepada pembinaan manusia yang utuh, bukan saja
segi fisik dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afeksi (emosi, sikap,
perasaan, nilai, dan lain-lain). Hal ini menandakan bahwa pendekatan ini
berpegang pada prinsip peserta didik merupakan satu kesatuan yang menyeluruh.
Pendidikan lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan
bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Kurikulum ini lebih
mementingkan proses dari pada hasil. Sasaran utama kurikulum jenis ini adalah
bagaimana memaksimalkan perkembangan anak supaya menjadi manusia yang mandiri. Pendidikan
yang menggunakan kurikulum ini selalu mengedepankan peran siswa di sekolah.
Dengan situasi seperti ini, anak diharapkan mampu mengembangkan segala potensi
yang dimilikinya. Pendidikan dianggap sebagai proses yang dinamis serta
merupakan upaya yang mampu mendorong siswa untuk bisa mengembangkan potensi
dirinya. Karena itu, seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri adalah
orang yang telah mencapai keseimbangan perkembangan dari aspek kognitif,
estetika, dan moral. Proses belajar yang baik adalah aktivitas yang mampu
memberikan pengalaman yang bisa membantu siswa untuk mengembangkan potensinya.
Dalam evaluasinya, guru lebih cenderung memberikan penilaian yang bersifat
subyektif..
b.
Implementasinya dalam
pembelajaran:
Siswa
menjadi proses pusat belajar, Belajar dimulai &dibangun disekitar minat,
pengalaman, dan pola perkembangan psikologis siswa, Menekankan partisipasi
siswa dalam belajar pengajaran memfokuskan proses aktualisasi diri, Tujuan
pendidikan mengembangkan pribadi yang utuh, Pengajaran menekankan keterbukaan,
kesadaran, keunikan & tanggung jawab pribadi, Pembelajaran menekankan
evaluasi proses.
c.
Prosedur
pengembangannya :
1)
Menyusun kegiatan yang
dapat memunculkan sikap, minat, atau perhatian tertentu.
2)
Memperkenalkan bahan-bahan
yang akan dibahas dalam setiap kegiatan. Di dalamnya tercakup topik-topik,
bahan, serta kegiatan belajar yang akan membantu peserta dalam merumuskan apa
yang ingin mereka pelajari. Kegiatan yang diutamakan adalah yang akan
membangkitkan rasa ingin tahu dan pemahaman.
3)
Pelaksanaan kegiatan,
para peserta diberi pengalaman yang menyenangkan baik yang berupa
gerakan-gerakan maupun penghayatan.
4)
Penyempurnaan,
pembahasan hasil-hasil yang telah dicapai, penyempurnaan hasil serta upaya
tindak lanjutnya.
Evaluasi dalam
kurikulum ini mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil. Karena itu, dalam
kurikulum ini tidak ada kriteria pencapaian karena sasarannya adalah
perkembangan peserta didik supaya menjadi manusia yang terbuka, lebih berdiri
sendiri. Penilainnya bersifat subyektif.
·
contoh
untuk satu pokok bahasan yang sama di kelas tinggi SD :
Mata
pelajaran sekolah dasar
|
Standar
kompetensi
|
Kompetensi dasar
|
nilai
|
Indikator
berdasarkan jenjang kelas 4-6
|
Ilmu
Pengetauan Alam
|
Mengenal
anggota tubuh
|
Mengenal
bagian tubuh dan perawatannya
|
Rasa
ingin tahu
|
Mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan fungsi anggota tubuh dan perawatannya
|
|
|
|
Senang membaca
|
Mengemukakan
dengan antusias cara merawat bagian-bagian tubuh berdasarkan hasil bacaan
|
|
|
|
Peduli
sosial
|
Mau
berkomunikasi dengan teman yang mengalami keterbatasan fisik
|
|
|
Mengidentifikasi
kebutuhan tubuh agar tumbuh sehat dan kuat
|
Rasa
ingin tahu
|
Menanyakan
aspek lain yang terkait dengan kebutuhan tubuh agar sehat dan kuat
|
|
|
|
Kerja
keras
|
Memila fakta / informasi yang
relevan dan tidak relevan secara teliti dalam mengidentifikasi kebutuhan
tubuh agar sehat dan kuat
|
|
|
Mengenal
anggota tubuh
|
Membiasakan hidup sehat
|
Selalu
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
|
|
|
|
Bersahabat
/ komunikatif
|
Membantu
teman membersihkan anggota tubuh yang terkena kotoran
|
1.
Kurikulum
berbasis pemecahan masalah
a.
Teori yang mendasari
dan pandangan dasarnya:
Kurikulum
ini bersumber pada pendidikan klasik. Konsep pendidikan ini bertolak dari
asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu pengetahuan, ide-ide, atau
nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi
untuk memelihara, mengawetkan dan meneruskan budaya tersebut kepada generasi
berikutnya, sehingga kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Oleh
karenanya kurikulum ini lebih bersifat intelektual. Pandangan dasarnya adalah :
fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan kebudayaan masa lalu, mengutamakan
isi pendidikan, guru merupakan ahli dan model, pembentukan intelektual siswa..
b.
Implementasinya dalam
pembelajaran:
Tujuan
kurikulum adalah pemberian pengetahuan yang solid & melatih siswa
menggunakan ide & proses penelitian, Isi kurikulum dipilih tanpa
dikonsultasikan siswa ditetapkan ahli guru bertanggung jawab mentransmisikan
pengetahuan, Banyak menggunkan metode inkuiri dan ekspositori, Siswa sebagai
penerima ilmu, Isi kurikulum dari disiplin ilmu.
c.
Prosedur
pengembangannya:
-
Merumuskan masalah
dalam bentuk tema-tema pokok.
-
Merumuskan kompetensi
(meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator kompetensi)
-
Merumuskan tujuan
pembelajaran
-
Merumuskan pengalaman
belajar
-
Menetapkan materi /
bahan ajar. Penyampaian materi selalu diawali dengan menggunakan materi-materi
terdahulu. Hal ini dilakukan agar sifat kronologis/ urutan materi tidak
terputus. Materi disampaikan secara hierarkhi naik, yaitu materi disampaikan
dari yang lebih mudah hingga ke materi yang lebih sulit. Sebagai contoh, dalam
pengajaran pada jenjang kelas yang rendah diperlukan alat bantu mengajar yang
masih kongkret. Hal ini dilakukan guna membentuk konsep riil ke konsep yang
lebih abstrak pada jenjang berikutnya.
-
Menetapkan kegiatan
belajar. Penyajian dilakukan berdasarkan prasyarat. Untuk memahami suatu konsep
tertentu diperlukan pemahaman konsep
lain yang telah diperoleh atau dikuasai sebelumnya
-
Menetapkan strategi /
pendekatan / metode / teknik pembelajaran. Pendekatan yang digunakan cenderung
induktif, yaitu disampaikan dari hal-hal yang bersifat umum menuju kepada
bagian-bagian yang lebih spesifik.
-
Menetapkan media &
sumber belajar
-
Menetapkan evaluasi
pembelajaran
-
Menetapkan alokasi
waktu
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah
|
1. Guru
menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut
2. Memotivasi
siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih oleh guru
3. Peneliti
menjelaskan bahan yang diperlukan
|
1. Siswa
mendengarkan penjelasan guru
2. Mengerjakan
pekerjaan yang diberikan
3. Siswa
mendengarkan penjelasan guru
|
Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
|
1. Guru membimbing siswa memecahkan masalah
yang belum dapatdipecahkan oleh siswa serta mengorganisasikan tugas belajar.
|
1.
Siswa mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru dalam buku pelajaran dan
lembar kerja siswa ( LKS )
|
Fase 3
Membimbing penyelidikan idividu maupun
kelompok
|
1. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai permasalahan.
2. Guru
mendorong siswa melaksanakan diskusi untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
|
1. Siswa
mengamati objek yang sesuai dengan masalah yang ada dalam buku pelajaran dan
lembar kerja siswa (LKS)
2. Siswa
melakukan diskusi kelompok
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
|
1. Guru membantu siswa dalam merrencanakan dan
menyiapkan karya seperti laporan, model yang membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya.
|
1.
Siswa menunjukan hasil diskusi di depan kelas.
|
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
|
1.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses.
|
1.
Siswa menilai pekerjaanya sendiri dengan cara membandingkan dengan pekerjaan
teman yang benar
|
2.
Kurikulum
berbasis kontekstual
a. Teori
yang mendasari dan pandangan dasarnya
Penerapan Contextual
Teaching and Learning di Amerika Serikat bermula dari pandangam ahli
pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum
dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa.
Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progressivisme John
Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari
berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan
produktif jika siswa terlibat dalam proses belajar di sekolah.
Selain teori progressivisme
John Dewey, teori kognitif melatarbelakangi pula filosofi pembelajaran
kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara
aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri.
Siswa menunjukkan belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang
dapat mereka lakukan. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh
dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit. Siswa yang harus
mengkontruksikan sendiri pengetahuannya. Menurut filosofi konstruktivisme,
pengetahuan bersifat non objektif, temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu
bersifat temporer, berubah dan tidak menentu. Belajar adalah pemaknaan
pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagian
kegiatan atau menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang
belajar. Dengan paham kontruksivisme, siswa diharapkan dapat membangun
pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu. Siswa diharapkan mampu
mempraktikkan pengetahuan/pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks
kehidupan. Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki
pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Karena penekanannya
pada siswa aktif, maka strategi kontruksivis sering disebut pengajaran yang
berpusat pada siswa (studentcentered instruction). Di dalam kelas yang
pengajarannya terpusat kepada siswa, peranan guru adalah membantu siswa
menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan
memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
Tujuan utama kurikulum
jenis ini adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat menghadapi tantangan,
termasuk di dalamnya ancaman dan hambatan. Tantangan dianggap sebagai bidang
garapan salah satu disiplin ilmu, namun perlu juga didekati dengan ilmu-ilmu
lain. Kegiatan evaluasi tidak hanya terbatas pada kegiatan siswa, namun sudah
masuk pada tatanan evaluasi kegiatan sekolah dalam hal kemasyarakatan.
b. Implementasinya dalam pembelajaran:
Siswa diperlakukan sebagai pelajar yang aktif, Guru menciptakan situasi dialog dengan dasar saling percaya dan membantu, Siswa belajar dalam suasana hubungan dialogis dengan siswa lainnya belajar merupakan usaha saling kerjasama dan ketergantungan satu sama lain, Materi berasal dari lingkungan sosial budaya masyarakat, Proses pembelajaran adalah belajar kelompok yang mengutamakan kerjasama antar anggota.
c.
Prosedur
pengembangannya :
1)
Memusatkan perhatian
pada problema-problema yang ada di masyarakat.
2)
Kegiatan belajar
dipusatkan pada masalah-masalah yang mendesak.
3)
Siswa dilibatakan dalam
evaluasi terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan
diujuikan.
4)
Pembelajaran dilakukan
secara berkelompok atas asas kerjasama.
5)
Isi & proses
disusum bersama, isi berupa masalah dalam masyarakat, guru & siswa belajar
bersama, kooperatif dalam kelompok.
3.
Kurikulum
berbasis KTSP
a.
Teori yang mendasari
dan pandangan dasarnya:
1. Peraturan
Mendiknas No. 22 / 2006 tentang Standar isi
Standar isià
ruang lingkup materi minimal & tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang & jenis pendidikan tetentu. Standar
isi mencakup : kerangka dasar & struktur kurikulum, standar kompetensi,
kompetensi dasar setiap mapel.
2. Peraturan
Mendiknas No. 23/2006 tentang Standar kompetensi lulusan
3. SKL
: pedoman penilaian dalam menentukan standar minimal kompetensi lulusan. Muatan
SKL meliputi Standar kompetensi lulusan minimal kelompok mapel, & standar
kompetensi lulusan minimal mapel à
bermuara pada kompetensi dasar. SKL dikembangkan berdasarkan tujuan setiap
satuan pendidikan.
4. UU
No. 20 / 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
5. PP
no. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
6. Standar
nasional pendidikan nasional mencakup : 1) standar isi, 2) standar proses, 3)
standar kompetensi lulusan, 4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, 5)
standar sarana dan prasarana, 6) standar pengelolaan, 7) standar pembiayaan,
dan 8) standar penilaian pendidikan.
7. à
Penyelenggaraan pendidikan di setiap sekolah tidak menyimpang dari tujuan
nasional dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan.
Model
konsep kurikulum ini pada dasarnya dipicu oleh kemajuan teknologi yang ada.
Hasil-hasil kemajuan teknologi dimanfaatkan dalam bidang pendidikan, baik dalam
bentuk software maupun hardware. Model kurikulum yang
dikembangkan lebih menekankan pada penyusunan program pengajaran atau rencana
pembelajaran yang dipadukan dengan alat-alat dan media pengajaran yang
mengikuti perkembangan teknologi. Model kurikulum ini dikembangkan berdasarkan
pemikiran teknologi pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan
penguasaan kompetensi, dan bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu
seperti pada pendidikan klasik. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi
kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang
dapat diamati atau diukur.
b. Implementasinya
dalam pembelajaran :
1)
Tujuan diarahkan
pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku hasil belajar
yang dapat diukur
2)
Metode pengajaran
bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas sesuai dengan kecepatan
masing-masing. Karena itu, siswa yang memiliki tingkat belajar yang cepat,
sedang, atau lambat, sama-sama mendapat perhatian.
3)
Bahan ajar atau
isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian
rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar yang besar
disusun dari bahan ajar yang lebih kecil dengan memperhatikan urutan-urutan
penyajian materi dalam pengorganisasiannya.
4)
Evaluasi dilakukan
kapan saja. Ketika siswa telah mempelajari suatu topik/ subtopik, ia dapat
mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi evaluasi ini antara lain sebagai umpan
balik: bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran
(formatif), bagi program semester (sumatif), serta bagi guru dan pengembang
kurikulum. Bentuk evaluasi umumnya obyektif tes.
Selain
itu ada 4 kegiatan pokok KTSP meliputi :
pengembangan strategi implementasi, pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran
dan evaluasi.
c.
Prosedur
pengembangannya:
Pengembangan KTSP melibatkan
administrator sekolah, guru, siswa, orang tua/wali, pakar kurikulum, komite
sekolah, & pihak lain (tokoh masyarakat, industri). Pengembangan KTSP
dimulai dari analisis konteks & evaluasi diri. Pengembangan KTSP didasarkan
pada hasil analisis konteks, evaluasi diri, need assesmen, landasan,tujuan
pendidikan, standar pendidikan nasional, dan kurikulum nasional. Tahap
pengembangan KTSP
1. Analisis
Konteks
- Analisis potensi, kekuatan & kelemahan
sekolah
- Analisis peluang & tantangan yang
ada di masyarakat & lingkungan
- Identifikasi standar isi & standar
kompetensi lulusan
2. School Review &
Benchmarking
- School review à
evaluasi & menilai efektivitas lembaga serta mutu lulusan.
- Benchmarking à
kegiatan menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode
tertentu.
3. Penyusunan komponen KTSP. Langkah-langkah
penyusunan & pengembangan komponen KTSP
·
Perumusan dan penetapan
visi dan misi sekolah
·
Perumusan tujuan pendidikan
sekolah
·
Menyusun struktur dan
beban belajar siswa
·
Mengembangkan silabus
·
Menyusun RPP
2. A. Subject centered design/disain kurikulum berpusat pada materi
a.
Teori yang mendasarinya:
Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang paling
populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam Subject centred
design, kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata
pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-terpisahnya
itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject curikulum. Disain
kurikulum ini mengacu pada disiplin ilmu. Model pengembangan kurikulum berdasarkan
disiplin ilmu merupakan refleksi dari model orientasi posisi transmisi. Pandangan
posisi transmisi yang melandasi model ini antara lain fungsi pendidikan untuk menyampaikan
fakta-fakta, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Desain
jenis ini dapat dibedakan atas tiga desain, yaitu subject desain,
disciplines design, dan broadfields design.
b. Implementasi dalam
pembelajaran :
Dalam Subject centred
design, kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata
pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Pengajaran lebih menekankan
pengetahuan dan kehidupan masa lalu, pengajarannya bersifat verbalistis.
PENGEMBANGAN
KURIKULUM BERDASARKAN DISIPLIN ILMU
MATA KULIAH: MEDIA PEMBELAJARAN, 2 SKS
Topik/sub topik
|
Tujuan pendidikan
|
evaluasi
|
Pengalaman belajar
|
Media dan sumber belajar
|
1. Pengertian
media dan sumber belajar
2. Jenis-jenis
media & sumber belajar
3. Karakteristik
media & sumber belajar.
4. Penerapan media
dan sumber belajar dalam pembelajaran.
5.Merencanakan
media dan sumber belajar,
6. Memproduksi
media
7. Evaluasi media dan sumber
belajar.
|
1. Siswa memahami konsep
belajar media dan sumber belajar
2.
Siswa memahami Mengkaji jenis media dan sumber belajar.
3.
Siswa memahami karakteristik setiap media dan sumber belajar
4.
Siswa memilih penerapan media dan sumber belajar
.
5.
Siswa dapat merencanakan media-media dan sumber belajar
6.
Siswa dapat memproduksi media untuk pembelajaran.
7. Siswa dapat mengevaluasi pemilihan, perencanaan , pemanfaatan produksi
dan media
|
1.Jelaskan
pengertian media dan sumber belajar!
2.
Jelasakan macam-macam media dan sumber belajar!
3.
Sebut dan jelaskan karakteristik setiap media dan sumber belajar!
4.
Jelaskan kriteria pemilihan media dan sumber belajar!
5.
Buatlah rancangan media pembelajaran untuk suatu mata pelajaran tertentu
6.
Buatlah media pembelajaran tertentu!
7. Jelaskan pertimbangan dalam mengevaluasi pemilihan,
perencanaan , pemanfaatan produksi dan media!
|
1. Membahas
pengertian media dan sumber belajar
2. Mempelajari
jenis-jenis media & sumber belajar
3. Mempelajari
karakteristik media & sumber belajar.
4. Mempelajari
kriteria penerapan media dan sumber belajar dalam pembelajaran.
5. Membahas
perencanaaan media pembelajaran
6. Praktek membuat
media pembelajaran
7. Mempelajari cara evaluasi media dan sumber
belajar.
|
* buku teks
* TV, video, chart, grafis, OHP, slide, komputer, proyektor
* Jurnal media
|
B. Problems centered design/desain kurikulum
berpusat pada masalah
a. Teori yang mendasarinya :
The
Problem centered design merupakan desain kurikulum yang berpusat pada
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Desain kurikulum ini berangkat dari
asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup bersama. Konsep
ini menjadi landasan dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum, dan isi
kurikulum berupa masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik sekarang
dan akan datang, sedangkan tujuan disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan
dan kemampuan peserta didik. Berbeda dengan learner centered, kurikulum
mereka disusun sebelumnya (preplanned) yang berdasarkan kebutuhan, kepentingan
dan kemampuan peserta didik. Desain kurikulum ini dibedakan atas areas of
living design dan core design.
b. Implementasinya dalam pembelajaran
problem
centered design cocok digunakan untuk pengembangan
kurikulum mata pelajaran ilmu-ilmu sosial, atau diterapkan untuk pemecahan
masalah-masalah sosial yang mendesak untuk dipecahkan dan bersifat
kontroversial, seprti kemiskinan, inflasi, rasialisme, dan sebagainya.
C.
Competency centered design/disain berpusat pada kompetensi
a. Teori yang mendasarinya :
Model
pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi
merupakan refleksi dari model orientasi posisi Transmisi. Pandangan posisi
Transmisi yang melandasi model ini antara lain : a) keterampilan siswa
dikembangkan melalui strategi instruksional yang spesifik (orientasi belajar
berbasis kompetensi), serta b) mengaplikasikan pandangan mekanistik tentang
perilaku manusia dalam merencanakan kurikulum.
Competency based curriculum development
bersumber dari teori pendidikan Teknologis.
Pandangan teori pendidikan teknologis antara lain adalah sebagai berikut :
1) pendidikan merupakan transmisi informasi, 2) berorientasi pada masa sekarang
dan masa yang akan datang, 3) konsep tentang manusia adalah, manusia merupakan “binatang” yang
berperilaku, manusia memiliki tanggung
jawab pribadi terhadap perilakunya dan
akibat perilakunya, perilaku manusia ditentukan oleh lingkungannya, 4)
pendidikanb merupakan kemampuan memodifikasi perilaku melalui penguatan keadaan
dengan memanfaatkan alat-alat teknologi, isi dan metodologi pengajaran
ditentukan oleh dukungan teknologi, 5) pendidikan adalah ilmu, bukan seni, 6)
materi dapat ditarnsmisikan ke dalam bentuk multi media lewat teknologi, 7)
materi mengutamakan penguasaan sejumlah kompetensi sosial, 8) guru merupakan
perencana, alat dan pelengkap belajar siswa.
b. Implementasi dalam pembelajaran :
KOMPETENSI
|
TUJUAN PENDIDIKAN
|
PENGALAMAN BELAJAR
|
TOPIK/SUB TOPIK
|
ALOKASI WAKTU
|
NAMA MAPEL DAN BOBOT SKS
|
||
TM
|
P
|
KL
|
|||||
Siswa mampu
menggunakan media dan sumber belajar.
|
1. Siswa memiliki kemampuan dan keterampilan
dasar penggunaan media dan sumber belajar dalam pembelajaran sebagai salah
satu bentuk perilaku guru profesional.
|
1. Mengkaji konsep
belajar media dan sumber belajar
2. Mengkaji jenis
media dan sumber belajar.
3. Mengkaji
karakteristik setiap media dan sumber belajar
4. Mempelajari
penggunaan media dan sumber belajar dalam pembelajaran
5. Praktek
menggunakan media dalam pengajaran.
6. Mendesain
media-media dan sumber belajar dalam pembelajaran.
7. Memproduksi
media untuk pembelajaran.
8. Mengevaluasi
media dan sumber belajar.
|
1. Pengertian
media dan sumber belajar
2. Jenis-jenis media
& sumber belajar
3. Karakteristik
media & sumber belajar.
4. Penerapan media
dan sumber belajar dalam pembelajaran.
5. Praktek
penggunaan media
6. Merencanakan
media dan sumber belajar,
7. Memproduksi
media
8. Evaluasi media
dan sumber belajar.
|
2
2
3
3
3
3
4
2
|
2
2
2
4
2
4
2
|
|
Media
pembelajaran
2
SKS
|
D.
Learner centered design/disain berpusat pada siswa
a. Teori yang mendasarinya :
Learned
Centered Design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam,
menekankan perkembangan peserta didik. Pengembangan kurikulum ini sangat
dipengaruhi oleh Dewey, seperti berinteraksi sosial, keinginan bertanya,
keinginan membangun makna, dan keinginan berkreasi yang menekankan sifat-sifat
alami anak dalam mengembangkan kurikulum. Jenis desain ini dapat dibedakan atas
activity (experience) design dan humanistic design. Pengorganisasian
kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan, dan tujuan peserta didik. Sebagai
reaksi dan penyempurnaan terhadap kelemahan subject centered design, ciri
utama yang membedakan desain model ini dengan subject
centered yaitu: Learner centered design mengembangkan kurikulum
dengan bertolak dari peserta didik dan bukan dari isi, Learner centered
design bersifat non-preplanned (kurikulum tidak diorganisasikan
sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara dosen dengan peserta didik dalam
penyelesaian tugas-tugas pendidikan. Desain kurikulum ini dibedakan atas areas
of living design dan core design.
b. Implementasi dalam
pembelajaran :
struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat
peserta didik. Dalam implementasinya guru hendaknya:
- Menemukan minat dan kebutuhanpeserta didik,
- Membantu para siswa memilih mana yang paling penting dan
urgen .
desain kurikulum menekankan prosedur pemecahan masalah,
maksudnya dalam pembelajaran tentu akan di dapatkan masalah dan dalam activity
design perlu mempunyai cara memecahkan masalah tersebut. pengajarannya
memperhatikan individual,meskipun di bentuk kelompok sekalipun karena mereka
juga harus berperan aktif dalm kelompok serta kegiatan- kegiatan pemecahan
masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan
di luar sekolah. Dalam pembelajaran menggunakan
pembelajaran inovatif atau kooperatif learning. Prosedur
pengembangan kurikulum ini :
1.
Menentukan profil/kemampuan pribadi.
2.
Menentukan tujuan/kompetensi.
3.
Menentukan materi.
4.
Menentukan strategi.
5.
Menentukan evaluasi.
Daftar pustakanya ada gak min?
BalasHapus