Kamis, 15 November 2012

UTS PENGEMBANGAN KURIKULUM



UTS PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pertanyaan:
1.    Jelaskan perbedaan model pengembangan kurikulum :
(1)  kurikulum berbasis karakter,
(2) kurikulum berbasis pemecahan masalah,
(3) kurikulum berbasis konstektual,dan
(4) kurikulum berbasis KTSP, ditinjau dari (a) teori yang mendasari dan pandangan dasarnya, (b) implementasinya dalam pembelajaran, (c) prosedur pengembangannya,beserta contoh untuk satu pokok bahasan yang sama di kelas tinggi SD
2.    Desain model pengembangan kurikulum berdasarkan proses pembelajaran,pada dasarnya dikenal ada empat jenis,yaitu
(a) subject centered design/desain kurikulum berpusat pada materi,
(b) problem centered design/desain kurikulum berpusat pada masalah,
(c) competency centered design/desain berpusat pada kompetensi,dan
(d) learner centered design/desain berpusat pada siswa.
Jelaskan perbedaan model desain kurikulum tersebut,ditinjau dari : (a) teori yang mendasarinya (b) implementasinya dalam pembelajaran !

Jawaban :

1. Kurikulum berbasis karakter
a.         Teori yang mendasari dan pandangan dasarnya:
Kurikulum ini menganut konsep humanistik dimana prioritas kurikulum ini adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. Pendekatan ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan unsur afeksi. Pendidikan ini diarahkan kepada pembinaan manusia yang utuh, bukan saja segi fisik dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afeksi (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain). Hal ini menandakan bahwa pendekatan ini berpegang pada prinsip peserta didik merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Kurikulum ini lebih mementingkan proses dari pada hasil. Sasaran utama kurikulum jenis ini adalah bagaimana memaksimalkan perkembangan anak supaya menjadi manusia yang mandiri. Pendidikan yang menggunakan kurikulum ini selalu mengedepankan peran siswa di sekolah. Dengan situasi seperti ini, anak diharapkan mampu mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan dianggap sebagai proses yang dinamis serta merupakan upaya yang mampu mendorong siswa untuk bisa mengembangkan potensi dirinya. Karena itu, seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan perkembangan dari aspek kognitif, estetika, dan moral. Proses belajar yang baik adalah aktivitas yang mampu memberikan pengalaman yang bisa membantu siswa untuk mengembangkan potensinya. Dalam evaluasinya, guru lebih cenderung memberikan penilaian yang bersifat subyektif..
b.        Implementasinya dalam pembelajaran:
Siswa menjadi proses pusat belajar, Belajar dimulai &dibangun disekitar minat, pengalaman, dan pola perkembangan psikologis siswa, Menekankan partisipasi siswa dalam belajar pengajaran memfokuskan proses aktualisasi diri, Tujuan pendidikan mengembangkan pribadi yang utuh, Pengajaran menekankan keterbukaan, kesadaran, keunikan & tanggung jawab pribadi, Pembelajaran menekankan evaluasi proses.
c.         Prosedur pengembangannya :
1)        Menyusun kegiatan yang dapat memunculkan sikap, minat, atau perhatian tertentu.
2)        Memperkenalkan bahan-bahan yang akan dibahas dalam setiap kegiatan. Di dalamnya tercakup topik-topik, bahan, serta kegiatan belajar yang akan membantu peserta dalam merumuskan apa yang ingin mereka pelajari. Kegiatan yang diutamakan adalah yang akan membangkitkan rasa ingin tahu dan pemahaman.
3)        Pelaksanaan kegiatan, para peserta diberi pengalaman yang menyenangkan baik yang berupa gerakan-gerakan maupun penghayatan.
4)        Penyempurnaan, pembahasan hasil-hasil yang telah dicapai, penyempurnaan hasil serta upaya tindak lanjutnya.
Evaluasi dalam kurikulum ini mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil. Karena itu, dalam kurikulum ini tidak ada kriteria pencapaian karena sasarannya adalah perkembangan peserta didik supaya menjadi manusia yang terbuka, lebih berdiri sendiri. Penilainnya bersifat subyektif.
·         contoh untuk satu pokok bahasan yang sama di kelas tinggi SD :
Mata pelajaran sekolah dasar
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
nilai
Indikator berdasarkan jenjang kelas 4-6
Ilmu Pengetauan Alam
Mengenal anggota tubuh
Mengenal bagian tubuh dan perawatannya
Rasa ingin tahu
Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan fungsi anggota tubuh dan perawatannya



Senang membaca
Mengemukakan dengan antusias cara merawat bagian-bagian tubuh berdasarkan hasil bacaan



Peduli sosial
Mau berkomunikasi dengan teman yang mengalami keterbatasan fisik


Mengidentifikasi kebutuhan tubuh agar tumbuh sehat dan kuat
Rasa ingin tahu
Menanyakan aspek lain yang terkait dengan kebutuhan tubuh agar sehat dan kuat



Kerja keras
Memila fakta / informasi yang relevan dan tidak relevan secara teliti dalam mengidentifikasi kebutuhan tubuh agar sehat dan kuat


Mengenal anggota tubuh
Membiasakan hidup sehat
Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan



Bersahabat / komunikatif
Membantu teman membersihkan anggota tubuh yang terkena kotoran

1.    Kurikulum berbasis pemecahan masalah
a.         Teori yang mendasari dan pandangan dasarnya:
Kurikulum ini bersumber pada pendidikan klasik. Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan dan meneruskan budaya tersebut kepada generasi berikutnya, sehingga kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Oleh karenanya kurikulum ini lebih bersifat intelektual. Pandangan dasarnya adalah : fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan kebudayaan masa lalu, mengutamakan isi pendidikan, guru merupakan ahli dan model, pembentukan intelektual siswa..
b.         Implementasinya dalam pembelajaran:
Tujuan kurikulum adalah pemberian pengetahuan yang solid & melatih siswa menggunakan ide & proses penelitian, Isi kurikulum dipilih tanpa dikonsultasikan siswa ditetapkan ahli guru bertanggung jawab mentransmisikan pengetahuan, Banyak menggunkan metode inkuiri dan ekspositori, Siswa sebagai penerima ilmu, Isi kurikulum dari disiplin ilmu.
c.         Prosedur pengembangannya:
-          Merumuskan masalah dalam bentuk tema-tema pokok.
-          Merumuskan kompetensi (meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator kompetensi)
-          Merumuskan tujuan pembelajaran
-          Merumuskan pengalaman belajar
-          Menetapkan materi / bahan ajar. Penyampaian materi selalu diawali dengan menggunakan materi-materi terdahulu. Hal ini dilakukan agar sifat kronologis/ urutan materi tidak terputus. Materi disampaikan secara hierarkhi naik, yaitu materi disampaikan dari yang lebih mudah hingga ke materi yang lebih sulit. Sebagai contoh, dalam pengajaran pada jenjang kelas yang rendah diperlukan alat bantu mengajar yang masih kongkret. Hal ini dilakukan guna membentuk konsep riil ke konsep yang lebih abstrak pada jenjang berikutnya.
-          Menetapkan kegiatan belajar. Penyajian dilakukan berdasarkan prasyarat. Untuk memahami suatu konsep tertentu diperlukan  pemahaman konsep lain yang telah diperoleh atau dikuasai sebelumnya
-          Menetapkan strategi / pendekatan / metode / teknik pembelajaran. Pendekatan yang digunakan cenderung induktif, yaitu disampaikan dari hal-hal yang bersifat umum menuju kepada bagian-bagian yang lebih spesifik.
-          Menetapkan media & sumber belajar
-          Menetapkan evaluasi pembelajaran
-          Menetapkan alokasi waktu
Fase
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah
1.   Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut
2.   Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih oleh guru
3.   Peneliti menjelaskan bahan yang diperlukan
1.      Siswa  mendengarkan penjelasan guru  
2.       Mengerjakan pekerjaan yang diberikan
3.      Siswa mendengarkan penjelasan guru
Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
1.  Guru membimbing siswa memecahkan masalah yang belum dapatdipecahkan oleh siswa serta mengorganisasikan tugas belajar.
1.   Siswa mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru dalam buku pelajaran dan lembar kerja siswa ( LKS  )
Fase 3
Membimbing penyelidikan idividu maupun kelompok
1.   Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai permasalahan.
2.    Guru mendorong siswa melaksanakan diskusi untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
1.    Siswa mengamati objek yang sesuai dengan masalah yang ada dalam buku pelajaran dan lembar kerja siswa (LKS)
2.    Siswa melakukan diskusi kelompok
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1.  Guru membantu siswa dalam merrencanakan dan menyiapkan karya seperti laporan, model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
1.   Siswa menunjukan hasil diskusi di depan kelas.
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
1.   Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses.
1.   Siswa menilai pekerjaanya sendiri dengan cara membandingkan dengan pekerjaan teman yang benar

2.    Kurikulum berbasis kontekstual
a.    Teori yang mendasari dan pandangan dasarnya
Penerapan Contextual Teaching and Learning di Amerika Serikat bermula dari pandangam ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progressivisme John Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat dalam proses belajar di sekolah.
Selain teori progressivisme John Dewey, teori kognitif melatarbelakangi pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit. Siswa yang harus mengkontruksikan sendiri pengetahuannya. Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non objektif, temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu bersifat temporer, berubah dan tidak menentu. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagian kegiatan atau menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Dengan paham kontruksivisme, siswa diharapkan dapat membangun pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu. Siswa diharapkan mampu mempraktikkan pengetahuan/pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks kehidupan. Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Karena penekanannya pada siswa aktif, maka strategi kontruksivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa (studentcentered instruction). Di dalam kelas yang pengajarannya terpusat kepada siswa, peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
Tujuan utama kurikulum jenis ini adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat menghadapi tantangan, termasuk di dalamnya ancaman dan hambatan. Tantangan dianggap sebagai bidang garapan salah satu disiplin ilmu, namun perlu juga didekati dengan ilmu-ilmu lain. Kegiatan evaluasi tidak hanya terbatas pada kegiatan siswa, namun sudah masuk pada tatanan evaluasi kegiatan sekolah dalam hal kemasyarakatan.

b.        Implementasinya dalam pembelajaran:

Siswa diperlakukan sebagai pelajar yang aktif, Guru menciptakan situasi dialog dengan dasar saling percaya dan membantu, Siswa belajar dalam suasana hubungan dialogis dengan siswa lainnya belajar merupakan usaha saling kerjasama dan ketergantungan satu sama lain, Materi berasal dari lingkungan sosial budaya masyarakat, Proses pembelajaran adalah belajar kelompok yang mengutamakan kerjasama antar anggota.

c.         Prosedur pengembangannya :
1)        Memusatkan perhatian pada problema-problema yang ada di masyarakat.
2)        Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah yang mendesak.
3)        Siswa dilibatakan dalam evaluasi terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujuikan.
4)        Pembelajaran dilakukan secara berkelompok atas asas kerjasama.
5)        Isi & proses disusum bersama, isi berupa masalah dalam masyarakat, guru & siswa belajar bersama, kooperatif dalam kelompok.
3.    Kurikulum berbasis KTSP
a.         Teori yang mendasari dan pandangan dasarnya:
1.      Peraturan Mendiknas No. 22 / 2006 tentang Standar isi
Standar isià ruang lingkup materi minimal & tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang & jenis pendidikan tetentu. Standar isi mencakup : kerangka dasar & struktur kurikulum, standar kompetensi, kompetensi dasar setiap mapel.
2.      Peraturan Mendiknas No. 23/2006 tentang Standar kompetensi lulusan
3.      SKL : pedoman penilaian dalam menentukan standar minimal kompetensi lulusan. Muatan SKL meliputi Standar kompetensi lulusan minimal kelompok mapel, & standar kompetensi lulusan minimal mapel à bermuara pada kompetensi dasar. SKL dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan.
4.      UU No. 20 / 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
5.      PP no. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
6.      Standar nasional pendidikan nasional mencakup : 1) standar isi, 2) standar proses, 3) standar kompetensi lulusan, 4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, 5) standar sarana dan prasarana, 6) standar pengelolaan, 7) standar pembiayaan, dan 8) standar penilaian pendidikan.
7.      à Penyelenggaraan pendidikan di setiap sekolah tidak menyimpang dari tujuan nasional dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan.
Model konsep kurikulum ini pada dasarnya dipicu oleh kemajuan teknologi yang ada. Hasil-hasil kemajuan teknologi dimanfaatkan dalam bidang pendidikan, baik dalam bentuk software maupun hardware. Model kurikulum yang dikembangkan lebih menekankan pada penyusunan program pengajaran atau rencana pembelajaran yang dipadukan dengan alat-alat dan media pengajaran yang mengikuti perkembangan teknologi. Model kurikulum ini dikembangkan berdasarkan pemikiran teknologi pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi, dan bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu seperti pada pendidikan klasik. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati atau diukur.
b.      Implementasinya dalam pembelajaran :
1)        Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku hasil belajar yang dapat diukur
2)        Metode pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas sesuai dengan kecepatan masing-masing. Karena itu, siswa yang memiliki tingkat belajar yang cepat, sedang, atau lambat, sama-sama mendapat perhatian.
3)        Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar yang besar disusun dari bahan ajar yang lebih kecil dengan memperhatikan urutan-urutan penyajian materi dalam pengorganisasiannya.
4)        Evaluasi dilakukan kapan saja. Ketika siswa telah mempelajari suatu topik/ subtopik, ia dapat mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi evaluasi ini antara lain sebagai umpan balik: bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (formatif), bagi program semester (sumatif), serta bagi guru dan pengembang kurikulum. Bentuk evaluasi umumnya obyektif tes.
Selain itu ada 4  kegiatan pokok KTSP meliputi : pengembangan strategi implementasi, pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi.
c.         Prosedur pengembangannya:
Pengembangan KTSP melibatkan administrator sekolah, guru, siswa, orang tua/wali, pakar kurikulum, komite sekolah, & pihak lain (tokoh masyarakat, industri). Pengembangan KTSP dimulai dari analisis konteks & evaluasi diri. Pengembangan KTSP didasarkan pada hasil analisis konteks, evaluasi diri, need assesmen, landasan,tujuan pendidikan, standar pendidikan nasional, dan kurikulum nasional. Tahap pengembangan KTSP
1.      Analisis Konteks
- Analisis potensi, kekuatan & kelemahan sekolah
- Analisis peluang & tantangan yang ada di masyarakat & lingkungan
- Identifikasi standar isi & standar kompetensi lulusan
2. School Review & Benchmarking
- School review à evaluasi & menilai efektivitas lembaga serta mutu lulusan.
- Benchmarking à kegiatan menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu.
3.   Penyusunan komponen KTSP. Langkah-langkah penyusunan & pengembangan komponen KTSP
·         Perumusan dan penetapan visi dan misi sekolah
·         Perumusan tujuan pendidikan sekolah
·         Menyusun struktur dan beban belajar siswa
·         Mengembangkan silabus
·         Menyusun RPP
2. A. Subject centered design/disain kurikulum berpusat pada materi
a.         Teori yang mendasarinya:
Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam Subject centred design, kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-terpisahnya itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject curikulum. Disain kurikulum ini mengacu pada disiplin ilmu. Model pengembangan kurikulum berdasarkan disiplin ilmu merupakan refleksi dari model orientasi posisi transmisi. Pandangan posisi transmisi yang melandasi model ini antara lain  fungsi pendidikan untuk menyampaikan fakta-fakta, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Desain jenis ini dapat dibedakan atas tiga desain, yaitu subject desain, disciplines design, dan broadfields design.
b.      Implementasi dalam pembelajaran :
Dalam Subject centred design, kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu, pengajarannya bersifat verbalistis.
PENGEMBANGAN KURIKULUM BERDASARKAN DISIPLIN ILMU
MATA KULIAH: MEDIA PEMBELAJARAN, 2 SKS
Topik/sub topik
Tujuan pendidikan
evaluasi
Pengalaman belajar
Media dan sumber belajar
1. Pengertian media dan sumber belajar


2. Jenis-jenis media & sumber belajar


3. Karakteristik media & sumber belajar.


4. Penerapan media dan sumber belajar dalam pembelajaran.

5.Merencanakan media dan sumber belajar,




6. Memproduksi media


7. Evaluasi media dan sumber belajar.
1. Siswa memahami konsep belajar media dan sumber belajar
2. Siswa memahami Mengkaji jenis media dan sumber belajar.
3. Siswa memahami karakteristik setiap media dan sumber belajar
4. Siswa memilih penerapan media dan sumber belajar
.
5. Siswa dapat merencanakan media-media dan sumber belajar


6. Siswa dapat memproduksi media untuk pembelajaran.
7. Siswa dapat mengevaluasi pemilihan, perencanaan , pemanfaatan produksi dan media
1.Jelaskan pengertian media dan sumber belajar!

2. Jelasakan macam-macam media dan sumber belajar!

3. Sebut dan jelaskan karakteristik setiap media dan sumber belajar!
4. Jelaskan kriteria pemilihan media dan sumber belajar!

5. Buatlah rancangan media pembelajaran untuk suatu mata pelajaran tertentu
6. Buatlah media pembelajaran tertentu!
7. Jelaskan pertimbangan dalam mengevaluasi pemilihan, perencanaan , pemanfaatan produksi dan media!
1. Membahas pengertian media dan sumber belajar

2. Mempelajari jenis-jenis media & sumber belajar


3. Mempelajari karakteristik media & sumber belajar.
4. Mempelajari kriteria penerapan media dan sumber belajar dalam pembelajaran.
5. Membahas perencanaaan media pembelajaran



6. Praktek membuat media pembelajaran

7. Mempelajari cara evaluasi media dan sumber belajar.
* buku teks
* TV, video, chart, grafis, OHP, slide, komputer, proyektor
* Jurnal media

B. Problems centered design/desain kurikulum berpusat pada masalah
a. Teori yang mendasarinya :
The Problem centered design merupakan desain kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Desain kurikulum ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup bersama. Konsep ini menjadi landasan dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum, dan isi kurikulum berupa masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik sekarang dan akan datang, sedangkan tujuan disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan peserta didik. Berbeda dengan learner centered, kurikulum mereka disusun sebelumnya (preplanned) yang berdasarkan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan peserta didik. Desain kurikulum ini dibedakan atas areas of living design dan core design.
b.    Implementasinya dalam pembelajaran
problem centered design cocok digunakan untuk pengembangan kurikulum mata pelajaran ilmu-ilmu sosial, atau diterapkan untuk pemecahan masalah-masalah sosial yang mendesak untuk dipecahkan dan bersifat kontroversial, seprti kemiskinan, inflasi, rasialisme, dan sebagainya.

C. Competency centered design/disain berpusat pada kompetensi
a. Teori yang mendasarinya :
Model pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi  merupakan refleksi dari model orientasi posisi Transmisi.  Pandangan posisi Transmisi yang melandasi model ini antara lain : a) keterampilan siswa dikembangkan melalui strategi instruksional yang spesifik (orientasi belajar berbasis kompetensi), serta b) mengaplikasikan pandangan mekanistik tentang perilaku manusia dalam merencanakan kurikulum. Competency based curriculum development bersumber dari teori pendidikan Teknologis. Pandangan teori pendidikan teknologis antara lain adalah sebagai berikut : 1) pendidikan merupakan transmisi informasi, 2) berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang, 3) konsep tentang manusia  adalah, manusia merupakan “binatang” yang berperilaku,   manusia memiliki tanggung jawab  pribadi terhadap perilakunya dan akibat perilakunya, perilaku manusia ditentukan oleh lingkungannya, 4) pendidikanb merupakan kemampuan memodifikasi perilaku melalui penguatan keadaan dengan memanfaatkan alat-alat teknologi, isi dan metodologi pengajaran ditentukan oleh dukungan teknologi, 5) pendidikan adalah ilmu, bukan seni, 6) materi dapat ditarnsmisikan ke dalam bentuk multi media lewat teknologi, 7) materi mengutamakan penguasaan sejumlah kompetensi sosial, 8) guru merupakan perencana, alat dan pelengkap belajar siswa.
b.    Implementasi dalam pembelajaran :
KOMPETENSI
TUJUAN PENDIDIKAN
PENGALAMAN BELAJAR
TOPIK/SUB TOPIK
ALOKASI WAKTU
NAMA MAPEL DAN BOBOT SKS
TM
P
KL
Siswa mampu menggunakan media dan sumber belajar.
1.  Siswa memiliki kemampuan dan keterampilan dasar penggunaan media dan sumber belajar dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk perilaku guru profesional.
1. Mengkaji konsep belajar media dan sumber belajar
2. Mengkaji jenis media dan sumber belajar.
3. Mengkaji karakteristik setiap media dan sumber belajar
4. Mempelajari penggunaan media dan sumber belajar dalam pembelajaran
5. Praktek menggunakan media dalam pengajaran.
6. Mendesain media-media dan sumber belajar dalam pembelajaran.
7. Memproduksi media untuk pembelajaran.
8. Mengevaluasi media dan sumber belajar.

1. Pengertian media dan sumber belajar

2. Jenis-jenis media & sumber belajar
3. Karakteristik media & sumber belajar.

4. Penerapan media dan sumber belajar dalam pembelajaran.

5. Praktek penggunaan media

6. Merencanakan media dan sumber belajar,


7. Memproduksi media

8. Evaluasi media dan sumber belajar.
2

2


3

3


3


3

4

2


2


2

2


4


2

4

2





Media pembelajaran

2 SKS

D. Learner centered design/disain berpusat pada siswa
a. Teori yang mendasarinya :
Learned Centered Design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik. Pengembangan kurikulum ini sangat dipengaruhi oleh Dewey, seperti berinteraksi sosial, keinginan bertanya, keinginan membangun makna, dan keinginan berkreasi yang menekankan sifat-sifat alami anak dalam mengembangkan kurikulum. Jenis desain ini dapat dibedakan atas activity (experience) design dan humanistic design. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan, dan tujuan peserta didik. Sebagai reaksi dan penyempurnaan terhadap kelemahan subject centered design, ciri utama yang membedakan desain model ini dengan subject centered yaitu: Learner centered design mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta didik dan bukan dari isi, Learner centered design bersifat non-preplanned (kurikulum tidak diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara dosen dengan peserta didik dalam penyelesaian tugas-tugas pendidikan. Desain kurikulum ini dibedakan atas areas of living design dan core design.
b. Implementasi dalam pembelajaran :
struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam implementasinya guru hendaknya:
- Menemukan minat dan kebutuhanpeserta didik,
- Membantu para siswa memilih mana yang paling penting dan urgen .
desain kurikulum menekankan prosedur pemecahan masalah, maksudnya dalam pembelajaran tentu akan di dapatkan masalah dan dalam activity design perlu mempunyai cara memecahkan masalah tersebut. pengajarannya memperhatikan individual,meskipun di bentuk kelompok sekalipun karena mereka juga harus berperan aktif dalm kelompok serta kegiatan- kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah. Dalam pembelajaran menggunakan pembelajaran inovatif atau kooperatif learning. Prosedur pengembangan kurikulum ini :
1. Menentukan profil/kemampuan pribadi.
2. Menentukan tujuan/kompetensi.
3. Menentukan materi.
4. Menentukan strategi.
5. Menentukan evaluasi.

1 komentar: