BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pada proses
pembelajaran
di sekolah, sering dijumpai
adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah
ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh
pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program
pembelajaran remedial atau perbaikan. Pemberian program pembelajaran remedial
didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan
individual peserta didik. Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi
peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta
didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai
tingkat penguasaan.
Sebaliknya,
jika ada peserta didik
yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal yang
ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program
pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan
keterampilan berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan masalah,
eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb.
Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki
kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu
mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pengajar guru dihadapkan pada dua tugas utama yaitu menyampaikan meteri
pelajaran dan mengelola kelas. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru
dihadapkan pada masalah-masalah pembelajaran dan dalam mengelola kelas guru
dihadapkan pada masalah-masalah pengelolaan kelas. Untuk mengatasi masalah
pembelajaran dituntut pendekatan yang berbeda dengan pendekatan untuk mengatasi
masalah pengelolaan kelas. Agar kita sebagai guru dapat membantu siswa yang
mengalami masalah , terlebih dahulu kita harus mengetahui apakah masalah yang
dihadapi merupakan masalah pembelajaran ataukah masalah pengelolaan kelas.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan kegiatan remedial?
2. Apa yang dimaksud dengan kegiatan pengayaan?
3. Apa hakikat
pengelolaan kelas?
4.
Bagaimana penataan lingkungan kelas
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui apa itu kegiatan remedial
2. Untuk mngetahui apa itu kegiatan
pengayaan
3. Untuk mengetahui hakikat dari
pengelolaan kelas
4.
Untuk mengetahui bagaimana cara dalam penataan lingkungan
kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEGIATAN REMEDIAL
a.
Hakikat, Tujuan, Dan Fungsi
Kegiatan Remedial
1. Hakikat
Kegiatan Remedial
Kegiatan
remedial adalah kegiatan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai
materi pelajaran.
2. Tujuan
dan Fungsi Kegiatan Remedial
Berdasarkan pengertian mengenai
pengertian remedial adalah kegiatan membantu siswa menguasai materi pelajaran,
dapat kita ketahui bahwa tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran agar
mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Secara umum tujuan dari kegiatan
remedial ini adalah untuk membantu siswa mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang yang berlaku.
Sedangkan secara khusus, kegiatan remedial bertujuan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar yang dihadapinya dengan memperbaiki cara
mengajarnya.
Fungsi kegiatan remedial ada 6 yaitu :
a. Fungsi
korektif
Memperbaiki
cara mengajar dan cara belajar. Kegiatan remedial mempunyai fungsi korektif
bagi kegiatan pembelajaran karena melalui kegiatan remedial ini guru
memperbaiki cara mengajarnya dan siswa memperbaiki cara belajarnya.
b. Fungsi
Pemahaman
Kegiatan
remedial mempunyai fungsi pemahaman karena dalam kegiatan remedial akan terjadi
proses pemahaman baik pada diri guru maupun diri siswa. Bagi guru, untuk
melaksanakan kegiatan remedial, guru terlebih dahulu harus mengevaluasi
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakannya.
c. Fungsi
penyesuaian
Kegiatan
remedial memiliki fungsi penyesuaian karena pelaksanaan kegiatan remedial
disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi individu siswa. Tujuan dan materi
pelajaran.disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi individu siswa. Karena semua aspek kegiatan remedial
disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik individu siswa, proses
pembelajaran tidak lagi merupakan beban bagi siswa. Siswa akan termotivasi
untuk belajar lebih giat sehingga dapat mencapai prestasi belajar siswa yang
lebih baik.
d. Fungsi
Pengayaan
Kegiatan
remedial mempunyai fungsi pengayaan bagi proses pembelajaran karena melalui
kegiatan remedial guru memanfaatkan sumber belajar, metode mengajar atau alat
bantu pembelajaran yang lebih bervariasi dari yang diterapkan guru dalam
pembelajaran biasa.
e. Fungsi
Akselerasi
Kegiatan
remedial memiliki fungsi akselerasi terhadap proses pemebelajaran karena
melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran.
f. Fungsi
Terapeutik
Kegiatan
remedial memiliki fungsi terapeutik karena melalui kegiatan remedial guru dapat
membantu mengatasi kesulitan siswa yang berkaitan dengan aspek sosial pribadi.
3. Perbedaan
Kegiatan Remedial dari Pembelajaran Biasa
Komponen
– komponen yang harus direncanakan dan dilaksanakan guru dalam kegiatan
remedial sama dengan komponen – komponen pembelajaran biasanya. Komponen –
komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.
Komponen
pembelajaran
|
Pembelajaran
biasa
|
Kegiatan
remedial
|
TUJUAN
|
Berlaku
bagi semua siswa (klasikal)
|
Bersifat
individual
|
MATERI
|
Sama
untuk semua siswa
|
Sesuai
dengan kesulitan siswa
|
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
|
1. Diikuti
semua siswa
2. Metode
dan media bersifat klasikal
|
1. Diikuti
oleh siswa yang bermasalah
2. Metode
dan media bersifat individual atau kelompok
|
EVALUASI
|
Sama
untuk semua siswa
|
Bersifat
individual atau kelompok.
|
b.
Pendekatan
Dalam Kegiatan Remedial
Warkitri
dkk. (1991) mengemukakan tiga pendekatan dalam kegiatan remedial. Ketiga
pendekatan tersebut adalah pendekatan yang bersifat preventif, kuratif, dan
pengembangan.
1. Pendekatan
yang bersifat preventif
Kegiatan
remedial dipandang bersifat preventif apabila kegiatan remedial dilaksanakan
untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan dalam menguasai
kompetensi yang ditetapkan, padahal kegiatan pembelajaran biasa dilaksanakan.
Guru yang sudah berpengalaman, dari keakrabannya dengan siswa, telah mengetahui
kelemahan siswanya. Guru juga dapat menggunakan salah satu jenis alat evaluasi
yang ditujukan untuk mengetahui kompetensi yang telah dikuasai siswa sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan yang disebut dengan pretest. Pretest adalah
salah alat evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui kompetensi yang telah
dikuasai siswa sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
2. Pendekatan
yang bersifat kuratif
Kegiatan
remedial yang bersifat kuratif dilaksanakan karena berdasrkan hasil evaluasi
pada kegiatan pembelajaran biasa diketahui bahwa siswa belum mencapai kriteria
keberhasilan atau kompetensi minimal yang telah ditetaplan.
3. Pendekatan
yang Bersifat Pengembangan
Kegiatan
remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan remedial dilaksanakan
selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa. Melalui kegiatan remedial
yang bersifat pengembangan, guru mengharapkan agar siswa yang mengalami
kesulitan dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan secara bertahap dan segera
bertahap dan segera dapat mengatasi kesulitan dalam menghitung kekuatan lensa
berdasarkan jarak fokus ketika mempelajari materi.
c.
Jenis
– Jenis Kegiatan Remedial
Berikut
kegiatan remedial yang dapat dilaksanakan guru (Suke, 1991)
1. Mengajar
Kembali
Guru
menjelaskan kembali materi yang belum dipahami atau dikuasai siswa. Untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep, guru hendaknya
memberikan lebih banyak contoh penggunaan konsep tersebut dalam suatu kasus
tertentu atau memberikan banyak latihan yang menuntut siswa menerapkan konsep
yang sedang dibahas.
2. Menggunakan
Alat Peraga
Untuk
lebih memudahkan siswa memahami konsep yang belum dikuasainya, guru sebaiknya
menggunakan berbagai alat peraga dan memberi kesempatan pada siswa untuk menggunakan
alat peraga tersebut.
3. Kegiatan
kelompok
Diskusi
atau kerja kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam menguasai kompetensi yang dituntut.kegiatan kelompok dapat
efektif dalam membantu siswa memahami pelajaran apabila di antara anggota
kelompok ada siswa yang benar – benar menguasai materi dan mampu
menjelaskannya.
4. Tutorial
Kegiatan
tutorial juga dapat diterapkan guru dalam melaksanakan kegiatan remedial. Guru
meminta bantuan siswa lain yang lebih pandai untuk membantu siswa menghadapi
kesulitan dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan atau guru dapat juga
meminta siswa dari kelas yang lebih tinggi untuk membantu adik kelasnya.
5. Sumber
Belajar yang Relevan
Guru
dapat menerapkan berbagai metode yang relevan dalam kegiatan remedial.dalam
membantu siswa memahami materi pelajaran melalui kegiatan remedial guru tidak
mungkin menerapkan metode yang sama dengan meteode yang digunakan dalam
pembelajaran biasa.
d.
Prinsip
Pelaksanaan Kegiatan Remedial
Menurut
Suke, 1991) hal - hal yang perlu
diperhatikan dalam menerapkan kegiatan remedial yaitu :
1. Apabila
terdapat bebrapa orang siswa yang mengalami kesulitan yang sama, kegiatan
remedial tersebut hendaknya diberikan terhadap kelompok siswa yang bersama –
sama. Tetapi apabila kesulitan yang dihadapi seorang siswa berbeda dengan siswa
yang lain, guru hendaknya memberikan bantuan yang sifatnya individual.
2. Proporsi
bantuan yang diberikan hendaknya sesuai kesulitan yang dihadapi siswa. Tugas
atau kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam kegiatan remedial hendaknya
jangan terlalu banyak.
3. Kegiatan
remedial dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, guru bersama – sama siswa atau
meminta bantuan siswa lain. Dalam menetukan bentuk kegiatan remedial guru
hendaknya mempertimbangkan jenis kesulitan yang dihadapi siswa serta penyebab
faktor kesulitan tersebut.
4. Metode
yang diterapkan dalam kegiatan remedial hendaknya sesuai dengan tingkat kemampuan
serta dapat membangkitkan motivasi pada diri siswa untuk belajar lebih giat dan
berusaha lebih tekun. Oleh karena itu, guru harus menerapkan metode yang tepat
dan sesuai kemampuan siswa.
e.
Prinsip
Pemilihan Kegiatan
Wardani
(1991) menyatakan bahwa dalam memilih bentuk kegiatan dan metode yang akan
diterapkan dalam kegiatan remedial guru perlu memperhatikan hal – hal berikut :
1. Memanfaatkan
latihan khusus, terutama bagi siswa yang mempunyai daya tangkap lemah.
2. Menekankan
pada segi kekuatan yang dimiliki siswa.
3. Memanfaatkan
penggunaan media yang multi sensori.
4. Memanfaatkan
permainan sebagai sarana belajar, terutama bagi siswa yang kurang memiliki
motivasi untuk belajar.
f.
Prosedur
Kegiatan Remedial
Langkah
– langkah kegiatan remedial :
1. Analisis
hasil diagnosis
Melalui kegiatan
diagnosis, guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapat bantuan. Untuk
keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi sorotan adalah siswa – siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajar yang ditunjukkan dengan tidak tercapainya
kriteria keberhasilan belajar.
2. Identifikasi penyebab kesulitan
Sebelum kita mulai
merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu kita harus mengetahui mengapa
siswa mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi yang diharapkan atau
menguasai materi pelajaran.
3. Penyusunan rencana
Komponen – komponen
yang harus direncanakan dalam pelaksanaan kegiatan remaja adalah sebagai
berikut :
-
Merumuskan kompetensi
atau tujuan pembelajaran
-
Menentukan materi
pelajaran sesuai dengan kompetensi atau tujuan yang telah dirumuskan.
-
Memilih dan merancang
kegiatan remedial sesuai masalah dan faktor penyebab kesulitan serta
karakteristik siswa.
-
Merencanakan waktu yang
diperlukan untuk melaksanankan kegiatan remedial
-
Menentukan jenis,
prosedur, dan alat penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa.
4. Pelaksanaan kegiatan
Biasanya kegiatan
remedial dilaksanakan di luar jam belajar biasa. Oleh karena itu dituntut
kerelaan dari guru untuk menyediakan waktu tambahan di luar jam belajar, untuk
membantu siswa yang memerlukan.
5. Evaluasi
Untuk mengetahui
berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan, kita harus
melaksanakan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan mengkaji kemajuan
siswa. Guru harus menganalisis setiap komponen pembelajaran, dengan mengajukan
pertanyaan tentang kompetensi, materi, kegiatan, waktu, serta penilaian.
B. KEGIATAN PENGAYAAN
a.
Hakikat
Kegiatan Pengeayaan
Kegiatan
pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat dalam
memanfaatkan kelebihan
waktu yang dimilikinya sehingga mereka memiliki pengetahuan yang lebih kaya dan
keterampilan yang lebih baik.
b.
Jenis
Kegiatan Pengayaan
Perbedaan
antara kegiatan remedial dengan pembelajaran biasa terletak pada pendekatan
yang digunakan, baik dalam merencanakan maupun melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran biasa menerapkan pendekatan klasikal sedangkan
kegiatan remedial lebih bersifat individual atau kelompok kecil. Menurut
Gueskey (1989) kegiatan pengayaan biasanya bersifat fleksibel dibandingkan
denga kegiatan remedial. Jenis kegiatan yang dirancang guru dalam mengembangkan
potensi siswa dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimiliki siswa kelompok cepat
yaitu :
1. Tutor
Sebaya
Kegiatan ini membantu
siswa dalam memahami materi pelajaran dapat merupakan kegiatan penambahan
wawasan pengetahuan siswa. Melalui kegiatan ini, pemahaman siswa terhadap suatu
konsep atau ide yang akan dijelaskan mereka juga harus mencari teknik untuk
menjelaskan konsep atau ide tersebut.
2. Mengembangkan
latihan
Disamping memberikan
tutorial kepada temannya, siswa kelompok cepat dapat juga diminta untuk
mengembangkan latihan praktis yang dapat dilaksanakan oleh teman – temannya.
Kegiatan ini dapat dilakukan untuk pendalaman materi yang menuntut banyak
latihan misalnya pengerjaan soal cerita.
3. Mengembangkan
Media dan Sumber Pembelajaran
Memberikan kesempatan
pada siswa untuk menghasilkan suatu karya yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari merupakan sesuatu yang menarik bagi siswa kelompok cepat.
4. Melakukan
Proyek
Salah satu kegiatan
pengayaan yang paling menyenangkan bagi kelompok cepat adalah mendapat
kesempatan untuk terlibat dalam proyek khusus atau mempersiapkan suatu laporan
khusus. Keterlibatan siswa dalam melakukan suatu proyek merupakan kesempatan
bagi mereka untuk mengembangkan bakat yang mereka miliki atau untuk menambah
wawasan baru mereka.
5. Memberikan
Permaianan, Masalah atau Kompetensi Antarsiswa
Dalam kegiatan
pengayaan guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk memecahkan suatu
masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Melalui kegiatan
ini mereka akan belajar satu sama lain dengan membandingkan strategi atau
teknik yang mereka pergunakan dalam memecahkan permasalahan atau permainan yang
diberikan.
c.
Faktor
– Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan Kegiatan Pengayaan
1. Faktor
siswa
Guru harus
memperhatikan karakteristik siswa baik yang berkenaan dengan faktor minat
maupun dengan faktor psikologis lainnya. Selain faktor minat, faktor psikologis
lainnya juga perlu dipertimbangkan guru dalam memilih dan melaksanakan kegiatan
pengayaan. Faktor yang harus diperhatikan guru dalam menentukan kegiatan
pengayaan menurut Arikanto(1986) yaitu :
a. Kegiatan
luar kelas lebih disukai siswa daripada kegiatan didalam kelas.
b. Kegiatan
yang menuntut siswa untuk melakukan aktivitas lebih disukai siswa daripada
kegiatan yang hanya dilakukan di belakang meja.
c. Kegiatan
menemukan sesuatu yang baru lebih merangsang minat siswa daripada kegiatan yang
sifatnya penjelasan.
d. Kegiatan
yang menunjukkan hasil lebih disukai siswa daripada kegiatan yang menuntut
waktu yang cukup lama.
2. Faktor
Manfaat Edukatif
Sesuai dengan tujuan
utama pemberian kegiatan pengayaan yaitu untuk memberikan kesempatan pada siswa
berkembang secara optimal maka kegiatan pengayaan ini harus memberikan manfaat
bagi siswa.
3. Faktor
Waktu
Kegiatan pengayaan
diberikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dengan memanfaatkan
kelebihan waktu sementara siswa lain masih melakukan kegiatan remedial. Guru
harus mampu menyesuaiakan jneis kegiatan pengayaan dengan kebutuhan siswa dan
juga dengan waktu tersedia.
C. HAKIKAT PENGELOLAAN KELAS
a.
Pengertian
Pengelolaan Kelas
Pendekatan otoriter (authority approach) memandang
pengelolaan kelas sebagai kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa.
Menurut pendekatan ini, tugas guru adalah menciptakan dan memelihara aturan di
dalam kelas melalui penerapan disiplin (Weber, 1977). Guru yang menganut
pendekatan otoriter akan menghukum setiap siswa yang melanggar disiplin kelas.
Kebalikan pendekatan otoriter adalah
pendekatan permisif (permissive approach). Pendekatan ini menyatakan bahwa
pengelolaan kelas adalah kegiatan guru dalam memaksimalkan kebebasan siswa.
Peran guru adalah membantu siswa dalam merasakan kebebasan untuk melakukan apa
yang mereka inginkan kapanpun mereka mau (Weber,1977).
Disamping kedua pengertian tersebut,
Weber (1977) mengemukakan tiga pengertian.
Pertama, pengelolaan kelas adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk mendorong munculnya tingkah laku
yang tidak diharapkan. Pengertian ini didasarkan pada pendekatan modifikasi
tingkah laku (behavior modification approach). Menurut pendekatan ini peran
guru dalam pengelolaan kelas adalah membantu siswa mempelajari tingkah laku
yang diharapkan melalui penerapan prinsip-prinsip yang berasal dari teori
penguatan.
Kedua, pengelolaan kelas adalah
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan guru untuk mengembangkan hubungan
interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
Pengertian ini didasarkan pada pendekatan iklim sosio-emosional (socio
emotional climate approach). Peran guru dalam pengelolaan kelas adalah
mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui penciptaan
hubungan interpersonal yang sehat, baik antara guru dan siswa maupun antara siswa
dan siswa.
Ketiga, pengelolaan kelas adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan dan memelihara
organisasi kelas yang efektif. Pengertian ini didasarkan pada pendekatan proses
kelompok (group-process approach). Menurut pendekatan ini tugas guru dalam
pengelolaan kelas adalah membantu mengembangkan dan melaksanakan system kelas
yang efektif.
Pengelolaan kelas adalah serangkaian
tindakan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang
tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim
sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas
yang produktif dan efektif atau secara singkat; pengelolaan kelas adalah usaha
guru untuk menciptakan, memelihara, dan mengembangkan iklim belajar yang
kondusif.
Winzer menyatakan pengelolaan kelas
adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar
tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai
tujuan akademis dan social.
b.
Perbedaan
Pengelolaan Kelas dari Pembelajaran
Pembelajaran
adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk membantu siswa blajar.
Pembelajaran merupakan segala kegiatan yang dilakukan guru untuk memudahkan
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang termasuk ke dalam
pembelajaran diantaranya adalah melakukan diagnosis kebutuhan siswa,
merencanakan pelajaran, menyajikan informasi, mengajukan pertanyaan, dan
menilai kemajuan belajar siswa.
Pembelajaran
yang efektif dan efisien dapat terjadi apabila situas dan kondisi kelas
mendukung. Berrbagai usaha yang dilakukan guru dalam menciptakan dan memelihara
kondisi kelas sehingga terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien merupakan
kegiatan pengelolaan kelas. Memberikan pujian atau penghargaan sesegera mungkin,
menciptakan dan memelihara hubungan yang sehat antar guru dan siswa serta siswa
dan siswa, serta menetapkan norma-norma kelompok yang produktif merupakan
beberapa contoh kegiatan pengelolaan kelas. Jadi, pengelolaan kelas adalah
segala kegiatan guru yang dilakukan untuk menciptakan dan memelihara kondisi
kelas yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
Perbedaan
ini harus kita pahami, karena ketika kita dihadapkan pada masalah-masalah yang
muncul di dalam kelas, kita harus memecahkan masalah-masalah tersebut sesuai
dengan hakikatnya.
c.
Pentingnya
Pengeolalaan Kelas dalam Proses Pembelajaran
Tujun
pengelolaan kelas adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang
memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Pengelolaan kelas
merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang
efektifmerupakan prasyarat bagi terciptanya proses pembelajaran yang efektif.
Salah satu tugas guru dalam membantu siswa belajar ialah menciptakan situasi
kelas yang hangat, aman, dan sehat. Situasi kelas yang penuh keakraban akan
memberikan rasa aman dan kebebasan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. Dalam situasi belajar inilah tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan guru akan dapat dicapai siswa.
D. PENATAAN LINGKUNGAN
KELAS
a.
Penataan
Lingkungan Fisik Kelas
Pengelolaan kelas yang
efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan isinya. Lingkungan fisik kelas
harus ditata atau diatur untuk mendukung aktivitas belajar yang dikembangkan
guru secara individual. Perubahan tujuan pembelajaran dan perubahan kegiatan
belajar yang dilakukan siswa menuntut perubahan dalam penataan lingkungan fisik
kelas. Ini berarti bahwa guru hendaknya menyesuaikan penataan ruangan kelas
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Meskipun barang-barang yang
ada didalam kelas kurang memadai keadaanya, melaluui penataan ruangan kelas
yang efektif, barang-barang teersebut menjadi bermanfaat. Prinsip-prinsip
penataan kelas:
1. Prinsip-prinsip
Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Menurut Louisell
(1992), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus mempertimbangkan 5 hal
berikut:
a. Keleluasaan
pandangan (visibility)
Artinya penempatan atau
penataan barang-barang didalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa secara
leluasa dapat memandang guru atau benda/kegiatan yang sedang berlangsung. Siswa
dapat melihat kegiatan pembelajaran dari tempat duduk mereka.
b. Mudah
dicapai (accessibility)
Ruangan hendaknya
diatur dengan baik sehingga lalu lintas kegiatan belajar di kelas tidak terganggu.
Jarak anatartempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga dapat
dengan mudah bergerak dan tidak mengganggu siswa lainnya yang sedang bekerja.
c. Keluwesan
(flexibility)
Barang-barang yang ada
didalam kelas hendaknya mudah untuk ditata dan dipindah-pindahkan sesuai dengan
tututan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa.
d. Kenyamanan
Prinsip kenyamanan
berkenaan dengan temperature ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
Kenyamanan ruagan akan sangat berpengaruh pada konsentrasi dan produktifitas
siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
e. Keindahan
Ruangan kelas yang
indah menyenangkan akan berpeengaruh positif terhadap sikap dan tingkah laku
siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Kelas yang indah dan
menyenagkan menggambarkan harapan guru terhadap proses pembelajaran yang harus
diakukan dan tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran. Selain itu,
ruangan kelas yang menyenangkan dapat meningkatkan pengembangan nilai keindahan
pada diri siswa karena siswa melihat langsung model/contoh yang dilakukan guru
dalam menata kelas.
2. Penataan
Tempat Duduk
Peningkatan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan guru melalui penerapan berbagai
strategi pembelajaran. Setiap strategi pembelajaran yang diterapkan guru
menuntut tempatt duduk yang berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata
tempat duduk siswa untuk memperlancar kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian
(Louisell,1992) menunjukkan bahwa tempat duduk yang ditata berjejer menghadap
guru meningkatkan jumlah kinerja yang dilakukan siswa. Kemudian dua bangku yang
saling berhadapan tepat untuk kegiatan pembelajaran melalui diskusi kelompok.
b.
Penataan
Lingkungan Psiko-Sosial Kelas
Iklim psiko-sosial
kelas berkenaan dengan hubungan social-pribadi antara guru dan siswa serta
antarsiswa dapat menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat, dan efektif
bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi:
1. Karakteristik
Guru
a. Disukai
oleh siswanya
Beberapa sifat guru
yang mungkin disukai oleh siswa ialah periang, ramah, tulus hati, dan
mendengarkan keluhan siswa serta percaya diri.
b. Memiliki
persepsi yang realistic tentang dirinya dan siswanya
Guru yang memiliki
pandangan tidak realistic terhadap kemampuan siswanya dan dirinya dapat menghambat
efektivitas kegiatan pembelajaran. Sedangkan guru memiliki pandangan yang
realistic terhadap kemampuan siswa, guru akan mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan dan menantang siswa untuk belajar. Siswa akan
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh semangat.
c. Akrab
dengan siswa dalam batas hubungan guru siswa
Mengembgkan hubungan yang baik antara
guru-siswa, guru perlu menyediakan waktu untuk mengenal siswa lebih banyak.
Melalui bincang-bincang dengan siswa guru akan mengetahui lebih banyak
informasi tentang keluarga siswa, kegiatan siswa diluar waktu sekolah,
kesenangan atau hobi mereka, dan sebagainya. Informasi ini akan membantu guru
dalam mengembangkan proses pembelajaran yang efektif.
d. Bersikap
positif terhadap pertanyaan/respon siswa
Guru harus menanggapi
dengan bijak respon maupun pertanyaaan yang diajukan oleh siswa dengan menekan
prasangka bahwa mereka sedang mengetes kita. Sikap bijak akan menambah sifat
kewibawan guru.
e. Sabar,
teguh, dan tegas
Sebagai guru, kita
dituntut untuk sabar. Apabila kita tidak sabar, siswa akan merasa ketakutan
untuk mengajukan masalah yang dihadapi. Ketakutan siswa pada guru akan
menghambat keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu guru
harus memiliki sikap teguh dan tegas. Guru harus memperingatkan siswa lain yang
melakukan diskusi berdua pada saat seorang siswa berbicara.
2. Hubungan
Sosial Antarsiswa
Selain dari pribadi
guru sendiri, iklim psiko-sosial kelas juga dipengaruhi oleh hubungan social
antarsiswa. Hubungan social yang kurang baik antarsiswa dapat mengganggu
lancarnya kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru sebaiknya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih mengenal teman-temannya sehngga mereka akan
merasa sebagai satu kesatuan. Perasaan semacam itu akan tumbuh apabila guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar atau bekerja dalam kelompok.
Melalui belajar
kelompok mereka akan saling mengenal satu sama lainnya, selain itu siswa dapat
berlatih berkomunikasi dengan jelas dan tepat. Mereka mencoba mengemukakan idea
tau mengajukan pertanyaan yang harus dapat dipahami oleh anggota kelompok yang
lain.
Dalam kelompok kegiatan
siswa belajar menerima pendapat siyang diharapkan ditswa lain dan mendorong
siswa lain untuk mengemukakan pendapatnya. Agar kegiatan kelompok dapat
berhasil dengan baik gru harus memperhatikan hal-hal berikut (Weber, 1977)
a. Perilaku
yang diharapkan
Pernyataan tentang
perilaku yang diharapkan ditampilkan siswa dalam kegiatan kelompok harus
dinyatakan dengan jelas, pasti, dan realistic. Pernyataan ini akan menjadi
pedoman kerja siswa dalam melaksanakan kegiatan kelompok.
b. Fungsi
kepemimpinan
Guru hendaknya
menciptakan kegiatan kelompok yang tidak didominasi oleh seorang atau beberapa
orang siswa, tetapi yang memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok
berperan serta dan bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok.
c. Pola
persahabatan siswa
Kegiatan kelompok akan
berhasil dengan baik apabila hubungan interpersonal antarsiswa cukup baik.
d. Norma/aturan
Guru harus berusaha
membantu anggota kelompok dalam merumuskan aturan dan menerapkannya dalam
kegiatan kelompok.
e. Kemampuan
berkomunikasi
Guru hendaknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyatakan perasaan dan pikiran mereka
secara bebas dan dapat dipahami oleh siswa lain.
f. Kebersamaan
Kegiatan kelompok akan
berlangsung apabila setiap anggota kelompok memiliki rasa kebersamaan sehingga
mereka merasa bahwa tugas kelompok adalah tanggung jawab mereka semua.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kegiatan
remedial adalah kegiatan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
menguasai materi pelajaran, sedangkan
kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan
kepada siswa kelompok cepat dalam memanfaatkan kelebihan waktu yang
dimilikinya sehingga mereka memiliki pengetahuan yang lebih kaya dan
keterampilan yang lebih baik.
Pengelolaan kelas merupakan aspek penting dalam proses
pembelajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat bagi
terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Efektivitas proses pembelajaran dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan fisik kelas serta hubungan sosio-emosional siswa-guru
dan siswa-siswa . Lingkungan fisik kelas yang mempengaruhi lancarnya proses
pembelajaran adalah tatanan ruangan kelas dan isinya.
B. Saran
Seorang guru harus memiliki karakteristik yang dapat
menunjang terciptanya hubungan sosio-emosional di kelas, antara lain adalah
disukai oleh siswa, memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan
siswanya serta bersikap positif terhadap pertanyaan siswa, serta sabar, teguh
dan tegas.
DAFTAR PUSTAKA
Winataputra, Udin. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumantri, mulyani dan Permana. 2001. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung: CV. Mulana.
ijin morror ya mbak.... (:
BalasHapus