A. Langkah-Langkah Menyusun Tes
Bagi kita sebagai pendidik, yang menjadi persoalan adalah
pengukuran hasil belajar yang termasuk bidang non phisik atau aspek yang
bersifat abstrak. Dalam hal ini pendidik harus paham bahwa aspek yang bersifat
abstrak seperti hasil belajar ini dalam melakukan pengukuran memerlukan
perencanaan dan pelaksanaan yang sistematis. Alat yang biasa digunakan sebagai
alat ukur dari hasil belajar adalah tes. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes
merupakan salah satu alat ukur dalam melakukan asesmen proses dan hasil
pembelajaran.
1.
Langkah
Pokok Mengembangkan Tes
Penyusunan tes, sangat besar pengaruhnya
terhadap siswa yang akan mengikuti tes, untuk mengurangi kesalahan dalam
pengukuran maka tes harus direncanakan secara cermat. Secara umum ada lima
langkah pokok yang harus dilewati yaitu:
a)
Perencanaan
Tes
Dalam langkah perencanaan tes ada beberapa
kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai pendidik yaitu:
(1) Menentukan cakupan materi yang akan diukur: Langkah ini biasanya dilakukan dengan
menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar spesifikasi, Ada tiga langkah dalam
mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistem penilaian berbasis kompetensi dasar,
yaitu; (1) Menulis kompetensi dasar, (2) Menulis materi pokok, (3) Menentukan
indikator, dan (4) Menentukan jumlah soal.
(2) Bentuk Tes: Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan
dengan tepat bila didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang
tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan
karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
(3) Menetapkan panjang Tes: langkah menetapkan panjang tes, meliputi
berapa waktu yang tersedia untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan
penetapan jumlah item-item tes yang akan dikembangkan. Ada tiga hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal, yaitu bobot masing-masing bagian
yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, keandalan yang diinginkan, dan waktu
yang tersedia.
b)
Menulis
Butir Pertanyaan
Ada 3 kegiatan pokok
dalam menulis butir soal yaitu:
(1) Menulis draft soal: Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian
dalam penulisan butir pertanyaan yaitu format pertanyaan dan alternatif
jawaban. Dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa hal yaitu, (1) apakah
pertanyaan mudah dimengerti? (2) apakah sudah sesuai dengan indikator (3)
apakah tata letak keseluruhan baik? (4) apakah perlu pembobotan (5) apakah kunci
jawaban sudah benar?
(2) Memantapkan Validitas Isi (Content
Validity): Content
validity atau validitas isi pada
dasarnya merupakan koefisien yang menunjukkan kesesuaian antara draft tes yang
telah disusun dengan isi dari konsep dan kisi-kisi yang telah disusun.
(3) Melakukan Uji Coba (try out):
Uji coba diperlukan dalam penyusunan tes buatan guru, try out tidak
harus dilakukan secara formal dan dalam skala besar, yang perlu Anda perhatikan
adalah bahwa try out dapat dilakukan untuk berbagai kepentingan
diantaranya adalah untuk; (1) analisis item, (2) bagaimana rencana pelaksanaan,
(3) memperkirakan penggunaan waktu pengerjaan, (4)kejelasan format tes, (5)
kejelasan petunjuk pengisian, dan (6) pemahaman bahasa yang digunakan dsbnya.
(4) Revisi soal: Hasil dari uji coba kemudian dilakukan
analisis untuk mencari tingkat kesulitan soal dan penggunaan bahasa yang kurang
komunikatif, untuk kemudian dilakukan revisi sesuai dengan kebutuhan.
c)
Melakukan
pengukuran dengan tes
Ada beberapa langkah yang harus
diperhatikan pada saat menyelenggarakan tes untuk siswa yaitu:
(1) Menjaga obyektivitas pelaksanaan tes: Pendidik harus menjaga obyektifitas, baik
dalam pengawasan, menjaga kerahasiaan soal, dan berbagai kode etik
penyelenggaraan tes yang lain. Setelah ujian dilaksanakan maka langkah berikut
adalah koreksi, dan interpretasi dari hasil ujian tersebut, untuk kemudian
berdasar data hasil analisis tersebut akan diambil keputusan dalam berbagai
kepentingan.
(2) Memberikan skor pada hasil tes: Yaitu memeriksa hasil jawaban dari para siswa,
untuk memberikan skor/angka sebagai penghargaan terhadap setiap poin soal yang
dapat dikerjakan, hasilnya berupa angka yang disebut skor mentah, angka yang
menunjukkan berapa soal yang bisa dijawab benar oleh siswa. Dalam melakukan langkah
ini harus dijaga obyektivitas dengan selalu menggunakan kunci jawaban dan
indikator keberhasilan.
(3)
Melakukan
Analisis Hasil Tes: Setelah
semua pekerjaan siswa dikoreksi langkah berikutnya adalah melakukan analisis
terhadap skor hasil tes.
2.
Mengembangkan
Tes Sebagai Instrumen Asesmen di SD
Dengan tetap mengacu pada langkah-langkah
pokok tersebut di atas, berikut ini akan dikemukakan langkah-langkah detail
yang diharapkan dapat menuntun pengembangan tes sebagai instrumen asesmen di
kelas.
a.
Menjabarkan
Kompetensi Dasar ke dalam Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Kegiatan ini, dalam langkah kegiatan umum
masuk dalam langkah “menentukan cakupan materi yang akan diukur”.
Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses
yang menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur.
Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan
menjadi beberapa indikator pencapaian hasil belajar. Indikator-indikator
pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang
digunakan untuk menyusun butir tes. Indikator
dikembangkan oleh guru sekolah
sesuai dengan kondisi daerah dan sekolah masing-masing.
b.
Menetapkan
Jenis Tes dan Penulisan Butir Soal
Dalam menyusun instrumen penilaian
tertulis perlu dipertimbangkan; (1) materi,
misalnya kesesuian soal dengan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, (2) konstruksi,
misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas, (3) bahasa, misalnya
rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda, dan
(4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal
yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.
3.
Mengembangkan
tes pada Kawasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Dengan pemahaman yang tinggi terhadap
cakupan materi maupun teknik evaluasi, pendidik akan dapat mengembangkan tes
tertulis yang dapat meliputi dua kawasan yang lain yaitu afektif maupun
psikomotor.
a.
Mengembangkan
Tes pada Domain Kognitif
Hampir semua jenis tes dengan berbagai
bentuk soal dapat digunakan untuk mengukur kawasan ini seperti misalnya:
1) Tes Lisan: Yang perlu Anda ingat, tes lisan harus disampaikan
dengan jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang sama.
Beberapa prinsip yang harus dipedomani adalah memberi waktu untuk berpikir,
baru menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Tingkat berpikir untuk pertanyaan
lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.
2) Tes Pilihan Ganda: Ketika Anda mengembangkan tes pilihan
ganda hendaknya memperhatikan sepuluh pedoman penulisannya yaitu: (1) soal
harus jelas, (2) isi pilihan jawaban homogen, (3) panjang kalimat pilihan
jawaban relatif sama, (4) tidak ada petunjuk jawaban benar, (4) hindari
mengggunakan pilihan jawaban “semua benar “ atau “semua salah”, (6) pilihan
jawaban angka diurutkan, (7) pilihan jawaban logis dan tidak menggunakan
negatif ganda, (8) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta tes, (9) menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku, dan (10)
letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
3) Bentuk Tes uraian Obyektif: Bentuk ini tepat digunakan untuk bidang
Matematika dan IPA, karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini
melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada
skornya. Objektif disini dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa guru dalam
bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal
ini di antaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dsbnya.
4) Bentuk Tes Uraian: Tes ini menuntut siswa menyampaikan,
memilih, menyusun, dan memadukan gagasan dan ide-idenya dengan menggunakan
kata-katanya sendiri. Keunggulan bentuk tes ini dapat mengukur tingkat berpikir
dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu mulai dari hapalan sampai dengan
evaluasi. Kelemahan bentuk tes ini adalah: (1) penskoran sering dipengaruhi
oleh subjektivitas penilai, (2) memerlukan waktu yang lama untuk melakukan
koreksi, (3) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, (4) dan adanya efek bluffing.
Untuk menghindari kelemahan tersebut carayang ditempuh adalah: (a) jawaban
tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi yang banyak, (b) tidak melihat
nama peserta ujian, (c) memeriksa tiap butir secara keseluruhan, dan (d)
menyiapkan pedoman penskoran.
5) Bentuk Tes jawaban Singkat: Tes ini mengharuskan siswa menuliskan
jawaban singkatnya sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk ini,
yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi
atau asosiasi. Ketika Anda menyusun tes bentuk ini perhatikan keharusannya
yaitu; (1) soal mengacu pada indikator, (2) rumusan kalimat soal harus
komunikatif, dan (3) tidak menimbulkan interpretasi ganda.
6) Bentuk Tes Menjodohkan: Pengerjaan tes ini dilakukan dengan
menjodohkan atau memasangkan suatu premis dengan daftar kemungkinan jawaban,
dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan satu
kemungkinan jawaban. Bila Anda menuliskan soal bentuk ini perhatikan bahwa: (1)
soal harus sesuai dengan indikator, (2) jumlah alternatif jawaban lebih banyak
dari pada premis, (3) alternatif jawaban berhubungan secara logis dengan
premisnya, (4) rumusan kalimat soal harus komunikatif, dan (5) butir soal
menggunakan Bahasa Indonesiayang baik dan benar.
7) Bentuk Tes Unjuk Kerja (Performance):
Tes bentuk ini sering
pula diklasifikasikan dalam bentuk penilaian autentik atau penilaian alternatif
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata.
b.
Mengembangkan
Tes pada Domain Afektif
Tes pada domain afektif ini, dapat
dikembangkan untuk beberapa fokus sikap diantaranya adalah: 1) Sikap terhadap mata pelajaran, 2) Sikap
positif terhadap belajar, 3) Sikap terhadap diri sendiri, 4) Sikap positif
terhadap perbedaan, serta 5) Sikap terhadap permasalahan faktual yang ada di
sekitarnya
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan
beberapa cara atau teknik antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung,
dan laporan pribadi. Hasil observasi perilaku dapat dijadikan sebagai umpan
balik dalam pembinaan. Perilaku adalah kecenderungan seseorang dalam sesuatu
hal.
Pada tes ini biasanya digunakan dengan
memanfaatkan skala likert. Langkah- langkah dalam menyusun skala likert antara
lain adalah: (1) Memilih variabel afektif yang akan diukur; (2) Membuat
beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang dimaksudkan; (3) Mengklasifikasikan
pernyataan positif atau negatif; (4) Menentukan jumlah gradual dan frase atau
angka yang dapat menjadi alternative pilihan; (5) Menyusun pernyataan dan
pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian; (6) Melakukan ujicoba; (7)
Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik; dan (8) Melaksanakan
penilaian.
c.
Mengembangkan
Tes pada Domain Psikomotor
Pada umumnya pelajaran yang termasuk
kelompok psikomotor adalah mata pelajaran yang indikator keberhasilan yang
lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik atau
keterampilan tangan. Hasil belajar psikomotor dapat diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu: (1) specific responding, siswa baru mampu merespons hal-hal
yang sifatnya fisik, yang dapat didengar, dilihat, atau diraba. (2) motor
chaining, siswa sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar
menjadi satu keterampilan gabungan. 3) Pada tingkat rule using siswa
sudah dapat menggunakan hukum-hukum dan atau pengalaman-pengalaman untuk
melakukan keterampilan yang komplek.
Gagne (1977) berpendapat bahwa ada 2
kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan yaitu kondisi
internal dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara, yakni
(a) mengingatkan kembali sub-sub keterampilan yang sudah dipelajari dan (b) mengingatkan
prosedur-prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasainya. Untuk
kondisi eksternal dapat dilakukan dengan: (a) instruksi verbal, (b) gambar, (c)
demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik Soal untuk ranah psikomotor juga
harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi
dasar.
1)
Menyusun
Soal: Menyusun
soal dapat diawali dengan mencermati kisi-kisi instrument psikomotor yang telah
dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi pokok
dan pengalaman belajar. Namun adakalanya soal ranah psikomotor untuk ujian blok
yang biasanya sudah mencapai tingkat psikomotor manipulasi, mencakup beberapa
indikator.
2)
Menyusun
Lembar Observasi dan Lembar Penilaian: Lembar observasi dan lembar penilaian harus mengacu
pada soal. Soal atau lembar tugas atau perintah kerja inilah yang selanjutnya
dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan.
Bahan Ajar Asesmen Pembelajaran SD, oleh Endang Poerwanti dkk. PJJ PGSD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar