Senin, 16 September 2013

Langkah-Langkah menyusun Tes



A.    Langkah-Langkah Menyusun Tes
Bagi kita sebagai pendidik, yang menjadi persoalan adalah pengukuran hasil belajar yang termasuk bidang non phisik atau aspek yang bersifat abstrak. Dalam hal ini pendidik harus paham bahwa aspek yang bersifat abstrak seperti hasil belajar ini dalam melakukan pengukuran memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sistematis. Alat yang biasa digunakan sebagai alat ukur dari hasil belajar adalah tes. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes merupakan salah satu alat ukur dalam melakukan asesmen proses dan hasil pembelajaran.
1.      Langkah Pokok Mengembangkan Tes
Penyusunan tes, sangat besar pengaruhnya terhadap siswa yang akan mengikuti tes, untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran maka tes harus direncanakan secara cermat. Secara umum ada lima langkah pokok yang harus dilewati yaitu:
a)      Perencanaan Tes
Dalam langkah perencanaan tes ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai pendidik yaitu:
(1)   Menentukan cakupan materi yang akan diukur: Langkah ini biasanya dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar spesifikasi, Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistem penilaian berbasis kompetensi dasar, yaitu; (1) Menulis kompetensi dasar, (2) Menulis materi pokok, (3) Menentukan indikator, dan (4) Menentukan jumlah soal.
(2)   Bentuk Tes: Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
(3)   Menetapkan panjang Tes: langkah menetapkan panjang tes, meliputi berapa waktu yang tersedia untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan penetapan jumlah item-item tes yang akan dikembangkan. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal, yaitu bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, keandalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia.
b)     Menulis Butir Pertanyaan
Ada 3 kegiatan pokok dalam menulis butir soal yaitu:
(1)   Menulis draft soal: Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan butir pertanyaan yaitu format pertanyaan dan alternatif jawaban. Dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa hal yaitu, (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti? (2) apakah sudah sesuai dengan indikator (3) apakah tata letak keseluruhan baik? (4) apakah perlu pembobotan (5) apakah kunci jawaban sudah benar?
(2)   Memantapkan Validitas Isi (Content Validity): Content validity atau validitas isi pada dasarnya merupakan koefisien yang menunjukkan kesesuaian antara draft tes yang telah disusun dengan isi dari konsep dan kisi-kisi yang telah disusun.
(3)   Melakukan Uji Coba (try out): Uji coba diperlukan dalam penyusunan tes buatan guru, try out tidak harus dilakukan secara formal dan dalam skala besar, yang perlu Anda perhatikan adalah bahwa try out dapat dilakukan untuk berbagai kepentingan diantaranya adalah untuk; (1) analisis item, (2) bagaimana rencana pelaksanaan, (3) memperkirakan penggunaan waktu pengerjaan, (4)kejelasan format tes, (5) kejelasan petunjuk pengisian, dan (6) pemahaman bahasa yang digunakan dsbnya.
(4)   Revisi soal: Hasil dari uji coba kemudian dilakukan analisis untuk mencari tingkat kesulitan soal dan penggunaan bahasa yang kurang komunikatif, untuk kemudian dilakukan revisi sesuai dengan kebutuhan.
c)      Melakukan pengukuran dengan tes
Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan pada saat menyelenggarakan tes untuk siswa yaitu:
(1)   Menjaga obyektivitas pelaksanaan tes: Pendidik harus menjaga obyektifitas, baik dalam pengawasan, menjaga kerahasiaan soal, dan berbagai kode etik penyelenggaraan tes yang lain. Setelah ujian dilaksanakan maka langkah berikut adalah koreksi, dan interpretasi dari hasil ujian tersebut, untuk kemudian berdasar data hasil analisis tersebut akan diambil keputusan dalam berbagai kepentingan.
(2)   Memberikan skor pada hasil tes: Yaitu memeriksa hasil jawaban dari para siswa, untuk memberikan skor/angka sebagai penghargaan terhadap setiap poin soal yang dapat dikerjakan, hasilnya berupa angka yang disebut skor mentah, angka yang menunjukkan berapa soal yang bisa dijawab benar oleh siswa. Dalam melakukan langkah ini harus dijaga obyektivitas dengan selalu menggunakan kunci jawaban dan indikator keberhasilan.
(3)   Melakukan Analisis Hasil Tes: Setelah semua pekerjaan siswa dikoreksi langkah berikutnya adalah melakukan analisis terhadap skor hasil tes.



2.      Mengembangkan Tes Sebagai Instrumen Asesmen di SD
Dengan tetap mengacu pada langkah-langkah pokok tersebut di atas, berikut ini akan dikemukakan langkah-langkah detail yang diharapkan dapat menuntun pengembangan tes sebagai instrumen asesmen di kelas.
a.      Menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Kegiatan ini, dalam langkah kegiatan umum masuk dalam langkah “menentukan cakupan materi yang akan diukur. Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur.
Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator pencapaian hasil belajar. Indikator-indikator pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang digunakan untuk menyusun butir tes. Indikator dikembangkan oleh guru sekolah sesuai dengan kondisi daerah dan sekolah masing-masing.
b.      Menetapkan Jenis Tes dan Penulisan Butir Soal
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu  dipertimbangkan; (1) materi, misalnya kesesuian soal dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, (2) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas, (3) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda, dan (4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

3.      Mengembangkan tes pada Kawasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Dengan pemahaman yang tinggi terhadap cakupan materi maupun teknik evaluasi, pendidik akan dapat mengembangkan tes tertulis yang dapat meliputi dua kawasan yang lain yaitu afektif maupun psikomotor.
a.      Mengembangkan Tes pada Domain Kognitif
Hampir semua jenis tes dengan berbagai bentuk soal dapat digunakan untuk mengukur kawasan ini seperti misalnya:
1)      Tes Lisan: Yang perlu Anda ingat, tes lisan harus disampaikan dengan jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang sama. Beberapa prinsip yang harus dipedomani adalah memberi waktu untuk berpikir, baru menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.
2)      Tes Pilihan Ganda: Ketika Anda mengembangkan tes pilihan ganda hendaknya memperhatikan sepuluh pedoman penulisannya yaitu: (1) soal harus jelas, (2) isi pilihan jawaban homogen, (3) panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama, (4) tidak ada petunjuk jawaban benar, (4) hindari mengggunakan pilihan jawaban “semua benar “ atau “semua salah”, (6) pilihan jawaban angka diurutkan, (7) pilihan jawaban logis dan tidak menggunakan negatif ganda, (8) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (9) menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku, dan (10) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
3)      Bentuk Tes uraian Obyektif: Bentuk ini tepat digunakan untuk bidang Matematika dan IPA, karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada skornya. Objektif disini dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa guru dalam bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini di antaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dsbnya.
4)      Bentuk Tes Uraian: Tes ini menuntut siswa menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan dan ide-idenya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Keunggulan bentuk tes ini dapat mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu mulai dari hapalan sampai dengan evaluasi. Kelemahan bentuk tes ini adalah: (1) penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penilai, (2) memerlukan waktu yang lama untuk melakukan koreksi, (3) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, (4) dan adanya efek bluffing. Untuk menghindari kelemahan tersebut carayang ditempuh adalah: (a) jawaban tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi yang banyak, (b) tidak melihat nama peserta ujian, (c) memeriksa tiap butir secara keseluruhan, dan (d) menyiapkan pedoman penskoran.
5)      Bentuk Tes jawaban Singkat: Tes ini mengharuskan siswa menuliskan jawaban singkatnya sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi atau asosiasi. Ketika Anda menyusun tes bentuk ini perhatikan keharusannya yaitu; (1) soal mengacu pada indikator, (2) rumusan kalimat soal harus komunikatif, dan (3) tidak menimbulkan interpretasi ganda.
6)      Bentuk Tes Menjodohkan: Pengerjaan tes ini dilakukan dengan menjodohkan atau memasangkan suatu premis dengan daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan satu kemungkinan jawaban. Bila Anda menuliskan soal bentuk ini perhatikan bahwa: (1) soal harus sesuai dengan indikator, (2) jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari pada premis, (3) alternatif jawaban berhubungan secara logis dengan premisnya, (4) rumusan kalimat soal harus komunikatif, dan (5) butir soal menggunakan Bahasa Indonesiayang baik dan benar.
7)      Bentuk Tes Unjuk Kerja (Performance): Tes bentuk ini sering pula diklasifikasikan dalam bentuk penilaian autentik atau penilaian alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata.
b.      Mengembangkan Tes pada Domain Afektif
Tes pada domain afektif ini, dapat dikembangkan untuk beberapa fokus sikap diantaranya adalah: 1) Sikap terhadap mata pelajaran, 2) Sikap positif terhadap belajar, 3) Sikap terhadap diri sendiri, 4) Sikap positif terhadap perbedaan, serta 5) Sikap terhadap permasalahan faktual yang ada di sekitarnya
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Hasil observasi perilaku dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Perilaku adalah kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal.
Pada tes ini biasanya digunakan dengan memanfaatkan skala likert. Langkah- langkah dalam menyusun skala likert antara lain adalah: (1) Memilih variabel afektif yang akan diukur; (2) Membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang  dimaksudkan; (3) Mengklasifikasikan pernyataan positif atau negatif; (4) Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternative pilihan; (5) Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian; (6) Melakukan ujicoba; (7) Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik; dan (8) Melaksanakan penilaian.

c.       Mengembangkan Tes pada Domain Psikomotor
Pada umumnya pelajaran yang termasuk kelompok psikomotor adalah mata pelajaran yang indikator keberhasilan yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik atau keterampilan tangan. Hasil belajar psikomotor dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: (1) specific responding, siswa baru mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, yang dapat didengar, dilihat, atau diraba. (2) motor chaining, siswa sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan. 3) Pada tingkat rule using siswa sudah dapat menggunakan hukum-hukum dan atau pengalaman-pengalaman untuk melakukan keterampilan yang komplek.
Gagne (1977) berpendapat bahwa ada 2 kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara, yakni (a) mengingatkan kembali sub-sub keterampilan yang sudah dipelajari dan (b) mengingatkan prosedur-prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasainya. Untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan: (a) instruksi verbal, (b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik Soal untuk ranah psikomotor juga harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar.
1)      Menyusun Soal: Menyusun soal dapat diawali dengan mencermati kisi-kisi instrument psikomotor yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi pokok dan pengalaman belajar. Namun adakalanya soal ranah psikomotor untuk ujian blok yang biasanya sudah mencapai tingkat psikomotor manipulasi, mencakup beberapa indikator.
2)      Menyusun Lembar Observasi dan Lembar Penilaian: Lembar observasi dan lembar penilaian harus mengacu pada soal. Soal atau lembar tugas atau perintah kerja inilah yang selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan.


Bahan Ajar Asesmen Pembelajaran  SD, oleh Endang Poerwanti dkk. PJJ PGSD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar